Lalayon; Jati Diri Halmahera yang Kerap Disalahpahami

Karsila Hayat

Para orang tua yang menonton biasanya ikut larut dalam suasana. Mereka mengangkat lenso, menggerakkan kaki, dan menepuk tangan dengan semangat penuh kebanggaan.

Setiap denting musik yang mengiringi tarian Lalayon membawa getaran identitas, bahwa inilah tarian milik kita, milik masyarakat Halmahera Tengah dan Halmahera Timur.

Dalam setiap festival, baik di tingkat kecamatan hingga provinsi, Lalayon bukan sekadar hiburan. Ia menjadi media pengikat sosial antarwarga, simbol persaudaraan yang diwariskan lintas generasi.

Tanggung Jawab Media dan Kebanggaan Daerah

Kesalahan penyebutan asal-usul budaya seperti dalam acara DMD Panggung Rezeki seharusnya menjadi pelajaran penting bagi media nasional. Di era digital saat ini, informasi budaya menyebar dengan cepat.

Satu kesalahan kecil bisa memengaruhi persepsi publik secara luas, bahkan berpotensi menghapus jejak budaya yang telah dijaga selama ratusan tahun.

Media seharusnya menjadi penjaga kebenaran identitas budaya, bukan sekadar penyalur hiburan. Pelaku seni pun memikul tanggung jawab moral untuk mempelajari asal-usul karya yang mereka tampilkan.

Tarian Lalayon adalah warisan yang lahir dari bumi Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, bagian tak terpisahkan dari Provinsi Maluku Utara. Ia bukan milik Ambon atau Seram, melainkan milik masyarakat pesisir Halmahera yang telah merawatnya dengan cinta dan kebanggaan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...