(Refleksi Jelang Tuan Rumah Rakernas JKPI 2026)

Kebudayaan untuk Kemanusiaan

Rinto Taib

Lewat beberapa pertanyaan reflektifnya sang Gubernur yang juga merupakan Sultan Yogyakarta tersebut mempertanyakan seperti: apakah strategi pelestarian selama ini, sudah cukup melibatkan suara warga yang hidup di dalam kawasan pusaka itu sendiri?,

Apakah regulasi dan kebijakan yang kita dorong, sudah memberi ruang untuk inovasi sembari tetap berpijak pada nilai?, apakah pusaka kita benar-benar hadir dalam kesadaran generasi muda, atau hanya menjadi latar foto di media sosial?

Sebuah refleksi yang mendalam ditengah perhelatan akbar rapat kerja kota-kota pusaka di Indonesia yang mengusung tema: "Resiliensi Kawasan Cagar Budaya Guna Mendorong Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan" ketika itu.

Melalui tematik ini pula, nampak jelas dimensi manusia dan masyarakat tidak diposisikan sebagai objek melainkan sebagai suatu proses sosial yang terus hidup dan dinamis serta terbuka lewat ruang-ruang diskursus publik serta ruang partisipatif untuk menafsir ulang sebuah warisan (heritage) sesuai perkembangan zaman dan konteks.

Memahami konteks merupakan aspek fundamental dalam merawat kebudayaan yang terus berkembang sehingga kita pun terus selalu menghadapi tantangan sebagai konsekuensi logis dari perkembangan zaman tersebut.

Di segi lain, kehidupan perkotaan terus berkembang ditengah keterbatasan ruang kota dengan masyarakatnya yang lebih inklusif dan responsif sehingga kemampuan merawat kesadaran kolektif guna mewujudkan cita-cita bersama menjadi sebuah keniscayaan yang kita perlukan.

Kesadaran kolektif inilah yang kita butuhkan sebagai komitmen bersama untuk tidak sekedar menjadi penjaga pusaka melainkan sebagai penggerak yang melihat warisan tak sekedar sebagai investasi dalam akumulasi keuntungan ekonomi sembari bersembunyi dibalik jubah narasi kesejahteraan.

Kesadaran kolektif dipandang sebagai nutrisi bagi agenda-agenda pemajuan kebudayaan yang diorientasikan untuk nilai-nilai kemanusiaan dimana spirit humanisme dan egaliter sebagai sumber daya dan modal membangun bangsa yang dijadikan sebagai kiblat bersama kita. (*)

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...