Bonus Demografi Terancam: Saat Generasi Muda Terlantar

Oleh: Ridwan Prayogi, S.Tr.Stat
(Statistisi Ahli Pertama BPS Provinsi Maluku Utara)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2025 turun ke level terendah dalam satu dekade: 4,76 persen. Sekilas, ini kabar menggembirakan.

Namun, di balik statistik yang tampak menjanjikan ini tersembunyi kenyataan yang mengkhawatirkan: pemuda justru menjadi kelompok paling rentan di pasar kerja. TPT untuk kelompok usia 15–24 tahun mencapai 16,16 persen lebih dari tiga kali lipat rata-rata nasional.

Angka ini menandakan adanya ketimpangan struktural yang serius: generasi yang seharusnya menjadi penggerak masa depan justru paling terpinggirkan dari dunia kerja. Pengangguran yang menimpa anak muda bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi ancaman multidimensional.

Studi Bay & Blekeseanu (2002) menyebutkan bahwa pengangguran jangka panjang pada pemuda berisiko menghambat transisi menuju kedewasaan, memperbesar potensi kemiskinan, meningkatkan kerentanan terhadap perilaku menyimpang, serta menurunkan partisipasi sosial dan politik mereka. Ini bukan sekadar angka statistik ini adalah sinyal krisis yang tak boleh diabaikan.

Transisi yang Gagal dari Sekolah ke Dunia Kerja

Usia muda adalah masa emas untuk membangun pengalaman, membentuk identitas profesional, dan mengasah keterampilan. Sayangnya, transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja di Indonesia masih penuh hambatan.

Banyak lulusan SMA atau perguruan tinggi yang lulus tanpa arah karier yang jelas, belum siap kerja, atau tak memiliki jejaring profesional yang memadai.

Apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukkan pola yang relatif konsisten dari Februari 2023 hingga Februari 2025.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...