Dalam Pencegahan Kejahatan Berbahasa di Pengadilan

Linguistik Forensik vz Corpus Linguistik

Alkadri Ajwan, S.Pd.,M.Hum Pengajar di PBSI FKIP Unkhair


Ternate, Malutpost.com — Manusia tidak terlepas dari bahasa karena bahasa adalah fondasi komunikasi, ekspresi diri, pembentuk identitas, instrumen berpikir, serta alat untuk membangun dan mempertahankan struktur sosial dan hukum. Bahasa bukan hanya alat untuk berbicara, tapi juga sarana utama untuk menjadi manusia seutuhnya.

Linguistik forensik lahir dari kebutuhan untuk memahami peran bahasa dalam sistem hukum. Meskipun telah digunakan secara tidak formal sejak abad ke-19, istilah forensic linguistics secara resmi dikenalkan oleh Peter M. Tiersma dan Roger Shuy pada pertengahan abad ke-20. Perkembangannya dipacu oleh meningkatnya kasus hukum yang bergantung pada bukti verbal baik tertulis maupun lisan.

ilmu linguistik yang diterapkan dalam konteks hukum dan investigasi. Secara umum, linguistik forensik berfokus pada analisis bahasa tertulis maupun lisan yang berkaitan dengan kasus hukum, baik pidana maupun perdata. Opini tentang linguistik forensik bisa dilihat dari berbagai sisi, seperti manfaat, tantangan, dan perkembangan ke depan.

Corpus linguistik berkembang sejak tahun 1960-an, bertepatan dengan munculnya komputer sebagai alat bantu analisis bahasa. Pendekatan ini muncul sebagai respon atas kelemahan metode introspektif dalam linguistik tradisional yang hanya mengandalkan intuisi peneliti.

Corpus linguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa berdasarkan kumpulan data autentik dalam bentuk korpus (corpus) atau himpunan teks yang besar dan terstruktur. Korpus ini dapat berupa tulisan (artikel, buku, percakapan media sosial) atau lisan (transkrip wawancara, rekaman percakapan). Dalam konteks linguistik modern, pendekatan berbasis korpus dianggap sangat penting karena memberikan dasar empiris dalam analisis bahasa.

Di era digital yang penuh dengan interaksi berbasis teks dan suara, kejahatan berbahasa seperti ujaran kebencian, pencemaran nama baik, dan ancaman verbal menjadi tantangan serius bagi sistem hukum. Untuk itu, diperlukan pendekatan ilmiah berbasis linguistik yang tidak hanya mampu menganalisis ujaran dalam konteks hukum (linguistik forensik), tetapi juga didukung oleh data empiris penggunaan bahasa masyarakat (corpus linguistik). Kombinasi kedua bidang ini menawarkan solusi objektif dan dapat dipertanggungjawabkan dalam menganalisis dan mencegah kejahatan berbahasa di pengadilan.

Perbandingan Singkat

Aspek

Linguistik Forensik

Corpus Linguistik

Tujuan

Menganalisis bahasa dalam konteks hukum

Menganalisis bahasa berdasarkan data nyata

Fokus

Kasus individual (konteks spesifik)

Pola umum (konteks luas)

Metode

Kualitatif dan kontekstual

Kuantitatif dan berbasis statistik

Data

Ujaran atau teks tertentu dalam kasus hukum

Korpus besar (jutaan kata dari berbagai sumber)

Peran di pengadilan

Bukti atau keterangan ahli

Data pendukung atau pembanding

Linguistik Forensik dalam pencegahan kejahatanberbahasa di pengadilan

Kejahatan berbahasa—seperti ujaran kebencian, pencemaran nama baik, fitnah, ancaman verbal, dan provokasi di media sosial—semakin marak, terutama di era digital. Di sinilah linguistik forensik memainkan peran penting, yaitu sebagai alat bantu ilmiah dalam menganalisis dan membuktikan pelanggaran bahasa yang berdampak hukum.

Peran Utama Linguistik Forensik di pengadilan

Linguistik forensik membantu menyaring, mengkaji, dan menafsirkan bahasa yang digunakan dalam bukti seperti :Pesan teks (WhatsApp, SMS, DM), Komentar media sosial, Transkrip percakapan dan Surat atau dokumen tertulis. Dalam kasus ancaman anonim atau ujaran kebencian tak dikenal, ahli linguistik forensik bisa : Menganalisis gaya bahasa (idiolek), Membandingkan teks dengan profil linguistik tersangka dan Menyimpulkan kemungkinan pelaku. Ahli linguistik forensik sering bertindak sebagai saksi ahli di pengadilan. Ia memberikan : Penjelasan ilmiah atas makna ujaran, Evaluasi terhadap struktur bahasa.

Contoh Kasus dalam Linguistik Forensik :

Ngana nae k atas jdi orang penting me akan planga-plongo tu sudah

Dari kalimat diatas menandakan bahwa proses pencemarannama baik dalam tinjauan linguistic forensic terdapat pada frasa tuduhan dengan “planga-plongo” yang disebabkanadanya unsur pencemaran nama baik tanpa mendasari denganadanya bukti.

Corpus Linguistik dalam pencegahan kejahatanberbahasa di pengadilan

Keberadaan kejahatan berbahasa seperti ujaran kebencian, pencemaran nama baik, fitnah, provokasi, dan ancaman verbal menjadi tantangan serius di era digital. Dalam menanggapi hal ini, corpus linguistik dapat menjadi alat bantu ilmiah yang kuat untuk menganalisis bagaimana bahasa digunakan secara nyata di masyarakat. Dengan menganalisis data kebahasaan skala besar, corpus linguistik berperan penting dalam mendukung pencegahan maupun pembuktian hukum terkait kejahatan berbahasa.

Peran Corpus Linguistik dalam Pencegahan Kejahatan Berbahasa Memberikan Acuan Objektif terhadap Makna dan Penggunaan Bahasa, Korpus bahasa menyimpan penggunaan kata, frasa, dan struktur kalimat dari konteks nyata. Dalam konteks hukum, corpus dapat digunakan untuk : Menilai apakah suatu kata/kalimat biasa digunakan secara netral, kasar, atau menghina. Menunjukkan apakah kata tersebut secara umum bermakna ofensif, berdasarkan frekuensi dan konteksnya. Contoh: Penggunaan kata “anjing” dalam korpus bahasa Indonesia bisa dibandingkan dalam berbagai konteks – sebagai kata makian, metafora, atau bahasa sehari-hari.

Membantu Menilai Intensi dan Dampak Ujaran, Dengan data dari korpus, hakim atau jaksa bisa mendapatkan gambaran umum persepsi masyarakat terhadap suatu istilah.Ini membantu dalam menilai niat pembicara, apakah ujaran tersebut lazim atau menyimpang secara sosial-linguistik.Sebagai Alat Kolaborasi bagi Ahli dan Penegak HukumMembantu ahli linguistik dan penegak hukum tidak hanya mengandalkan intuisi, tetapi juga data empiris. Ini penting untuk menjaga konsistensi penilaian kasus serupa di pengadilan yang berbeda. Pencegahan melalui Edukasi dan Regulasi Bahasa Analisis korpus bisa membantu pemerintah atau LSM menyusun pedoman berbahasa di ruang publik/media sosial. Contoh : membuat daftar kata/ekspresi berisiko tinggi menimbulkan konflik, yang dapat dihindari atau dipantau lebih ketat.

Studi Kasus

Peran Corpus Linguistik

Ujaran kebencian berbasis SARA

Menunjukkan bahwa istilah tertentu memang dominan muncul dalam konteks diskriminatif

Pencemaran nama baik

Membuktikan bahwa frasa yang digunakan termasuk bentuk makian/merendahkan menurut data korpus

Perdebatan "niat menghina"

Menunjukkan bahwa kata tersebut memiliki penggunaan netral dalam korpus (jika ingin membela terdakwa) atau dominan kasar (jika mendukung jaksa)

Contoh kasus dalam Corpus Linguistik :

“Ngana paling biadap da, anjing skali”
Dari kalimat diatas menandakan bahwa proses pencemaran nama baik dalam tinjauan corpus linguistik terdapat pada frasatuduhan dengan “biadap dan anjing” yang disebabkan adanya unsur pencemaran nama baik tanpa mendasari dengan adanya bukti. Dianalisi menggunakan voyant tool kata biadap dan anjing kerap kali disampaikan oleh orang yang terdampak emosi, anjing ini menandakan penamaan hewan memiliki sifat keganasan yang dilebelkan kepada manusia bahwa dia sedang emosi atau meluapkan kekesalannya.(*)

Komentar

Loading...