Petani Sebagai Jantung Ekonomi

Oleh: Sulfan Kiye
(Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Unkhair)
Merubah dunia melalui karya, memproklamasikan, mengekpresikan dunia dan mengekpresikan diri sendiri semua ini adalah perilaku manusia unik.
Pendidikan dalam berbagai tingkatan akan lebih dihargai jika dapat merangsang tumbuhnya keinginan manusia untuk mengekpresikan diri secara total.
Sebenarnya itulah yang tidak dilakukan 'pendidikan bergaya bank' (kadangkala penulis menyebutnya demikian). Dalam pendidikan bergaya bank.
Pendidik mengganti ekspresi diri dengan 'penyetoran' yakni menganggap siswa sebagai modal (capitalize). Semakin efisien siswa dalam belajar, berarti dia dianggap semakin belajar.
Dalam pendidikan orang dewasa, ketika mereka sudah bisa membaca, sesudah menguasai bahasa lisan dan bahasa tulis berarti dia telah menguasai satu aspek dalam proses berekspresi.
Maka belajar membaca dan menulis tidak akan berarti, jika dilakukan hanya dengan mengulang-ulang kata secara sangat mekanis.
"Tuan ya,tuan" apa yang dapat diperbuat oleh seorang petani seperti saya ini? "Bicaralah dan kami akan mengikuti mu." Apa yang tuan katakan pasti benar. "Apa kah kamu tahu dengan siapa kamu berbicara?"
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar