Mencicipi Keindahan Daratan Pasifik

Oeh: Suryani S Tawari

Awan hitam mulai menggumpal, langit mulai gelap dan cuaca kembali tidak bersahabat. Sore itu, hujan kembali turun dengan deras. Namun, kali ini tidak membatalkan lagi rencana perjalanan ke Morotai, setelah tiga hari tertunda. Cuaca lebih baik dari hari kemarin. Lebih tepatnya, hujan tidak lagi disertai petir dan ombak. Hanya saja angin berhembus kencang.

Pulau Morotai berada di utara pulau Halmahera dan lautan pasifik. Ada tiga akses ke Morotai dari Kota Ternate. Pertama, melalui jalur udara, tapi seminggu hanya sekali. Atau melalui transportasi laut setiap hari.  Ada kapal yang langsung dari pelabuhan Ahmad Yani atau Pelabuhan Dufa-Dufa. Bisa juga menyebrang ke Sofifi pusat ibu kota Maluku Utara (Malut), lalu melintas ke Tobelo menggunakan transportasi darat. Setelah dari situ, naik speed boat atau kapal ferry dari Tobelo untuk menyebrang ke Daruba, pusat kota Morotai.

Jarak tempuh jika menggunakan kapal laut, bisa semalam suntuk. Saya dan Abang Mici, salah satu senior Jurnalis sebagai patner perjalanan ke Morotai, memilih naik kapal dari Pelabuhan Ahmad Yani. Kapal akan berangkat pada pukul 20:00 WIT, tapi ketika jarum jam sudah menunjukan pukul 19:17 WIT, saya masih terjebak hujan. Handphone di saku celana terus bergetar, pertanda panggilan masuk dari Abang Mici tapi, telponnya sengaja diabaikan karena sudah di depan pelabuhan dan takutnya Handphone rusak.

Ketika hujan mulai mengurangi volume nya, saya langsung berjalan menuju terminal pelabuhan. Abang Mici sedari tadi menunggu di teras terminal dengan tas rangsel, langsung mengarahkan untuk membeli tiket. Rp215 ribu per orang. Tiket sudah di tangan, kami langsung berjalan menuju kapal Geovani seperti yang tertulis dalam tiket.

Sebelum naik ke atas kapal, kami membeli nasi ikan dan air mineral yang dijajakan ibu-ibu dengan payung seadanya, di pelabuhan. Malam itu, para buruh sibuk angkut muatan ke dalam kapal sedangkan penumpang juga mulai naik. Sementara para pengantar hanya berdiri melihat orang terkasih naik kapal. Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing sampai pada pukul 20:20 WIT, cuaca juga sudah bisa diajak berdamai, barulah kapal melaju menuju Morotai.

Saat kapal lepas dari pelabuhan, mata dimanjakan dengan keindahan Kota Ternate di malam hari. Cahaya lampu kota mulai menghilang ketika kapal melaju ke Pulau Hiri. Para penumpang juga sudah terlelap di atas ranjang besi susun yang terbentang luas dalam kapal.

Ketika melewati perairan Loloda di sepertiga malam, kapal mulai oleng sampai masuk di perairan Morotai. Namun, penumpang masih terlelap atau mungkin saja berpura-pura terlelap.  Sementara saya yang tidak bisa tertidur, hanya bisa duduk di ranjang besi di temani anak kecil yang asik nonton film India. Sesekali lagu India nya memecah keheningan kapal.

Penumpang mulai terbangun pada puluk 07:03 pagi. Mereka mulai sibuk merapikan barang muatan dan sarapan. Begitu juga dengan abang Mici. Kemudian saya beranjak dan berjalan di depan kapal untuk melihat sekitar. Ada pulau kecil tampak samar-samar karena terhalang hujan deras. Jarak pandang tak terlalu jauh tapi, saya yang baru pertama kali ke Pulau Morotai penasaran.

Abang Mici sesaat berperan menjadi tour guide menujuk salah satu pulau. “itu pulau Dodola” saya langsug mengabadikan pulau-pulau yang tidak terlalu jelas terlihat. Tiba-tiba ada suara terdengar dari tangga kapal yang dekat dengan kami berdiri. “itu bukan Dodola, kalau mau lihat Dodola, kalian harus ke sebla (sisi lain kapal)”. Dia sembari menunjuk sisi lain kapal. Sontak kami tertawa dan laki-laki itu menanyakan beberapa hal yang umum ditanyakan seperti “dari mana? Baru pertama datang ke Morotai?” lalu dia menjelaskan beberapa pulau di sekitar.

Setiba di Pelabuhan Daruba, kami sempatkan sarapan kemudian dijemput Kak Anton, salah  satu mantan Jurnalis Malut Post yang memilih hidup dan menetap di Pulau Morotai. Alasan paling sakralnya, dia telah jatuh cinta dengan wanita cantik Morotai, Kak Ria namanya. Mereka punya tiga anak.

Baca halaman selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...

You cannot copy content of this page