Menakar Etika Politik Para Kontestan

Yadin Panzer

Oleh: Yadin Panzer
(Komite Pimpinan Pusat SAMURAI Maluku Utara, dan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara)

Peringatan dalam Cerita
Cerita ini dimulai ketika ditanya tentang bagaimana negara yang baik, Plato dan Aristoteles berbeda dalam nada jawabannya. Pertanyaan ini muncul ketika Athena, kota tempat tinggal kedua filsuf ini mengalami kekalahan dalam perang Pelapones. Akibatnya pemerintahan saat itu menjadi rebutan orang-orang yang tidak memenuhi syarat, tetapi berambisi.

Menurut Plato, negara yang baik adalah negara yang mengenal keadilan, artinya diselenggarakan menurut kebaikan dan keseimbangan serta didasarkan pada gagasan metafisik tentang kebaikan.

Ia percaya bahwa situasi seperti itu paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan oleh karena itu memberikan peluang yang baik untuk mencapai kebahagiaan.

Aristoteles menentang dan menolak kecenderungan pemikiran atau idea-idea tentang metafisika. Namun baginya (Aristoteles) Tujuan pemerintah adalah untuk menunjang kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu, negara yang terbaik adalah negara yang dikelola dengan baik dan dipimpin oleh orang-orang yang bijaksana dan baik.

Perbedaan pendapat antara Plato dan Aristoteles, atas pertanyaan negara yang baik diatas yang dikutip oleh Franz Magnis-Suseno dalam bukunya yang berjudul ‘Etika Politik’ tentang Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern (1999).

Ini sebenarnya memberi banyak inspirasi sekaligus peringatan terutama kepada para kontestan calon kepala daerah yang bakal memimpin Maluku Utara ke-depan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...