Peringatan dini untuk Bumi Moloku Kie Raha

Bencana Ekologi

Mohammad Ridwan Lessy

Hal ini karena logam berat dalam lingkungan memiliki kemampuan biokonsentrasi, bioakumilasi, dan biomagnifikasi. Tentunya kontaminasi ini berdampak secara local dan regional.

Sementara pembukaan lahan yang bersifat masif di wilayah Halmahera dan Obi diperkirakan setara dengan 65 Megaton (Mt) emisi ekuivalen karbon dioksia (CO2e). Tentunya hal ini berdampak pada peningkatan emisi karbon secara global dan memperparah perubahan iklim.

Baca Juga: Kesadaran Muda-Mudi terhadap Sejarah: (Berkat dan juga Bencana)

Akhirnya, bencana ekologi tentu sangat berdampak buruk, baik bagi alam maupun manusia dalam situasi sosial dan ekonominya.

Terlebih ketika bencana itu datang terus menerus tanpa jeda dan hadir di luar segala apa yang dibayangkan manusia sebelumnya. Saat ini langkah adaptasi dan mitigasi bencana ekologi menjadi tantangan.

Pertanyaannya sekarang bukan lagi apakah bencana akan datang, tetapi sejauh mana kita bersedia mengubah keadaan.

Apakah kita masih bisa bicara tentang pembangunan berkelanjutan jika tanah dicabik, laut dicemari, dan manusia dilukai?

Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi 23 Juni 2025

Apakah kita akan terus menutup mata terhadap rusaknya laut, hutan, dan sungai? Ancaman ini bukan fiksi, tapi nyata dan semakin dekat.

Sudah waktunya semua pihak pemerintah, masyarakat sipil, kampus, dan media—menempatkan isu bencana ekologis sebagai agenda utama pembangunan. Kita bisa memilih untuk bertindak sekarang, atau menunggu ketika semuanya telah terlambat. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...