(Kado 22 Tahun HUT Kabupaten Kepulaun Sula)
Gempita di Panggung, Suara Rakyat Terabaikan

Namun ironinya dengan gegap gempita pemerintah daerah merayakan HUT yang ke 22 Tahun dengan memperlihatkan jurang pemisah antara kebijakan pemerintah dan kebututuhan rakyat.
Hal demikian bukan saja tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya juga demikian pemerintah daerah selalu melakukan ifen-ifen dan kegiatan seremonial yang memakan biyaya ratusan juta bahkan miliayaran hal ini menadakan bahwa pemerintah daerah sangat minim ide tentang pembangunan.
Di pelosok desa terpencil masih seperti guah kosong tanpa penghuni, gelap gulita karena belum terjangkau listrik. Jalan-jalan penghubung antardesa, kecamatan dan kabupaten berlumpur di musim hujan dan berdebu di musim kemarau.
Anak-anak harus menempuh jarak berkilo-kilometer untuk sekolah, dan warga sakit harus menunggu kapal berlayar untuk mendapat perawatan medis. Pertanyaannya, untuk siapa sebenarnya panggung megah itu dibangun?
Momentum hari jadi bukan menjadi ajang evaluasi dan mawas diri tentang apa yang suda dilakukan di daerah, seharusnya kita merenung dan membuka ruang-ruang diskusi intelektual dengan berbagai pihak.
Untuk melihat apa yang perlu di bangun dan perlu di bina, bukan melakukan pesta pora, rakyat tidak butuh panggung megah dan lampu yang bersinar hanya semalam.
Namun rakyat butu daerah yang bersinar sepanjang masa dengan kegiatan-kegiatan yang progresif dan mencerminkan pembangunan yang bisa di nikmati, sepanjang jaman masyarakat tidak pernah anti hiburan atau perayaan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar