(Kado 22 Tahun HUT Kabupaten Kepulaun Sula)

Gempita di Panggung, Suara Rakyat Terabaikan

Oleh: Rifan Basahona
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana UIN Alauddin Makassar)

Daerah Kabupaten Kepulauan Sula dibangun dengan nawaitu yang suci, usaha yang penuh kasih dan keringat yang sesekali menetes dalam setiap perjalanan, diskusi dan diplomasi.

Dan hari ini genap 22 lilin telah dinyalakan menandakan, bahwa ia telah memasuki usia yang produktif, jika diibaratkan seperti manusia, maka seharusnya usia ini harus menonjolkan cahaya-cahaya kebahagiaan yang lahir dari setiap rakyat yang ada.

Tanggal 31 Mei menjadi momentum bersejarah dan ajang untuk membuka kembali pikiran kelam kita tentang bagaimana dan untuk apa negeri ini di bangun, namun di saat yang sama terlihat berdiri panggung yang begitu megah, artis ibukota didatangkan untuk menghibur rakyat.

Logika pemerintah ingin membuktikan bahwa seolah-olah dengan hiburan dan goyangan artis yang hanya semalam menjadi tolak ukur bahwa rakyat sangat bahagia dengan kebijakannya.

Padahal dibalik pangung mewah dan gemerlap lampu sorot ada setumpuk mata yang berkaca dengan air mata untuk menuntut keadilan, pelayanan dasar dan perhatian dari pemerintah.

Jika dilihat dari usia yang suda sangat produktif 22 tahun berdiri sebgai daerah otonom seharusnya Kabupaten Kepulauan Sula dapat menunjukkan kemajuan yang signifikan baik dari segi infestruktur, ekonomi, maupun kesejahteraan sosial.

Namun harapan yang demikian tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, sebagian masyarakat di pelosok desa masi harus bergelut dengan akses pendidikan, pelayanan kesehatan dan setumpuk problematika yang ada.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...