Di Balik Gelar “Doktor dan Profesor”

Ia tidak hanya mengandalkan kecerdasan logika, tetapi juga kepekaan hati. Ia konsisten terhadap etika akademik dan sikap pribadi. Ia memahami bahwa keilmuan bukan sekadar tentang menang dalam debat, tetapi tentang menjaga dialog, membangun kepercayaan, dan menuntun kebenaran.

Memaknai Gelar

Realitas ini menuntut kita untuk memaknai ulang makna gelar. Doktor dan profesor bukan sekadar pencapaian personal, tetapi amanah sosial, intelektual dan moral. Mereka seharusnya menjadi mercusuar, bukan menara gading. Menjadi tempat bertanya, bukan tempat menghakimi.

Menjadi rujukan dalam kebijaksanaan, bukan sumber ketegangan karena ego. Di tengah carut-marut dunia akademik hari ini, kita tidak hanya membutuhkan ilmuwan yang cerdas, tetapi juga ilmuan yang pandai merasa.

Gelar akademik, betapapun prestisiusnya, belum tentu seiring dengan kematangan emosional dan moral. Hari ini, kita kerap menyaksikan paradoks: individu dengan gelar doktor atau profesor yang justru gagal memperlihatkan keanggunan sikap, keteduhan pikir, dan kearifan bertutur.

Sebagian tenggelam dalam hasrat pengakuan, sebagian lain gamang dalam konflik kecil, menunjukkan bahwa kematangan intelektual belum tentu berjalan beriringan dengan kedewasaan batin (emosional).

Adik saya yang baru bergelar doktor, suatu waktu dinasihati oleh profesor seniornya dengan kalimat yang membekas: “Gelarmu dan gelarku bukanlah garis akhir, melainkan gerbang masuk menuju perjalanan yang lebih berat. Proses dirimu lebih baik dari sekarang agar kelak tidak hanya mumpuni dalam ilmu, tetapi juga matang dalam jiwa.”

Sebuah nasihat yang menegaskan bahwa gelar akademik bukan sekadar akumulasi angka kredit, bukan hanya sekumpulan publikasi, tetapi penjaga kebenaran, penuntun akal sehat, dan pelindung marwah keilmuan.

Profesor sejati harus mampu memosisikan dirinya sebagai sang arif, bukan hanya cerdas dalam berpikir, tetapi telah sampai pada maqam tertinggi, yakni: merendahkan hati dan meninggikan keadaban karena ilmu.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...