Catatan
Membaca Masa Lalu dengan Kacamata Poskolonial
Oleh: Moksen Idris Sirfefa
Saya baru membeli dua buah buku : "Cermin Poskolonial (membaca kembali sastra Hindia Belanda)" yang disunting Rick Honings Coen van 'T Veer & Jacqueline Bel dan "Kolonialisme, Kapitalisme dan Rasisme (Kronik pascakolonial)" karya Jan Breman. Keduanya diterbitkan Pustaka Obor tahun 2024.
Dua buku ini memotret khazanah era kolonial yang belum saya pelajari sebelumnya. Tentu menambah koleksi etalase kepustakaan saya juga memperkaya pengetahuan saya di dalam memahami relasi kuasa, antara lain yang saya dapatkan dari novel-novel Fanon dan Orwell.
Apa itu? Potret sosial yang dikemas dalam karya sastra kolonial dan seni peran tentang perilaku hubungan timbal-balik para pejabat kolonial dengan kaum pribumi (inlander).
Buku Cermin Poskolonial Membaca Kembali Sastra Hindia Belanda ini mengisahkan dinamika penjajahan Belanda di Indonesia melalui sastra.
Buku ini merupakan versi pendek dari De Nederlands-Indische letteren herlezen (2021) yang disunting oleh Rick Honings, Coen van 't Veer & Jacqueline Bel dan diterjemahkan oleh Rhomayda A. Aimah.
Para peneliti mengkaji fiksi Hindi Belanda mulai tahun 1860 hingga 2019 melalui pendekatan-pendekatan poskolonial yang antara lain menyoroti representasi inlander dan ketimpangan relasi kuasa masyarakat kolonial yang ditemukan dalam teks.
Dari sudut pandang yang mengkritik hegemoni narasi kolonial, buku ini 'membaca kembali' tidak hanya karya sastra penulis 'kanon' Belanda seperti Multatuli dan Louis Couperus.
Namun juga penulis Indo-Eropa seperti Victor Ido dan Dido Michielsen serta penulis Indonesia, Soewaraih Djojopoespito dan Arti Purbani yang karya-karya mereka belum banyal dikaji.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar