Fagogoru dan Pemilukada
Maka itu Fagogoru merupakan institusi yang dibentuk atas dasar suatu nilai yang mengikat pada komunitas sosial masyarakat Weda, Patani dan Maba untuk saling menghargai dan menyayangi.
Simbol persaudaraan pada perkembangannya, menjadi spirit perjuangan hak-hak masyarakat Weda, Patani, Maba dengan mendorong pembentukan Kabupaten Halmahera Timur serta memindahkan Kabupaten Halmahera Tengah ke daratan Halmahera dengan ibukota di Weda.
Namun belakangan Fagogoru mengalami pergeseran nilai yang berorientasi pada kepentingan politik sesaat utamanya dalam pemilihan kepala daerah.
Fagogoru seolah-olah menjadi simbol primordial dan cenderung sempit dengan narasi yang seolah-olah menolak orang luar untuk ikut bagian dalam kontestasi pemilihan kepada daerah di Kabupaten Halmahera Tengah.
Kondisi tersebut bukan baru terjadi pada pemilihan kepala daerah 2024 ini, pada pilkada kabupaten Halmahera Tengah tahun 2017 juga mengalami kondisi serupa dengan membawa narasi anak kampung.
Putra Fagogoru dan lainnya sehingga pada saat itu ibu Mutiara yang merupakan istri mantan Bupati Halmahera Tengah Yasin Ali yang berasal dari Sulawesi Selatan yang ikut dalam pemilihan bupati Halmahera Tengah harus menggunakan label Milove/Molovo (Julukan perempuan luar yang menikah dengan laki-laki fagogoru) untuk menunjukkan sebagai bagian dari keluarga besar Fagogoru.
Dalam catatan, proses pemilihan Bupati dan wakil Bupati di kabupaten Halmahera Tengah 2012 dengan membawa isu anak kampung juga diwarnai kekerasan dengan membakar kantor camat Patani hingga ada yang masuk penjara.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar