Tragedi Pengrusakan Rumah Sakit

Oleh: dr. Megawati Abubakar, Sp. JP,
(Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dan Mahasiswa Pascasarjana Hukum Kesehatan)
Ketika Duka Berujung Amarah
Pengrusakan fasilitas rumah sakit oleh keluarga pasien adalah tragedi yang kerap lahir dari keputusasaan yang mendalam. Di RSUD Sanana, drama pilu itu terjadi di ruang kebidanan—tempat yang seharusnya menjadi saksi lahirnya harapan dan kehidupan.
Namun, alih-alih tangisan bahagia seorang bayi, ruangan itu dipenuhi teriakan amarah dan kepiluan yang tak terkendali.
Bayangkan, seorang ibu muda berjuang melewati proses persalinan yang sulit. Komplikasi datang, pendarahan hebat tak terelakkan, dan nyawanya berada di ujung tanduk.
Staf medis berpacu dengan waktu, sementara keluarga pasien merasa diabaikan—dipaksa mencari pendonor darah sendiri padahal mereka meyakini stok darah seharusnya tersedia.
Momen kritis yang seharusnya diwarnai kerja sama justru berubah menjadi jurang kesalahpahaman. Ketika kabar duka akhirnya datang, jeritan pilu memecah keheningan.
Bagi keluarga, kematian sang ibu bukan sekadar kehilangan, melainkan simbol ketidakberdayaan dan kegagalan sistem.
Mereka tak lagi melihat tenaga medis sebagai pahlawan, melainkan bagian dari sistem yang dianggap gagal. Kemarahan pun meledak, menjelma tindakan brutal—manifestasi dari duka dan frustrasi yang tak terucapkan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar