Rusak Moral , Akibat Konten Kreator tak Mendidik

Kita mungkin saja menganggap keuntungan dari konten-konten yang kita buat jadi viral dan lain sebagainya namun, kita harus memikirkan lagi bahwa apa pelajaran yang kita ambil dari konten tersebut.
Jika jidak maka ubahalah cara kita dalam berbahasa saat membuat konten –konten digital agar tidak menjadi pelajaran yang lebih buruk lagi.
A: “Nga orang mana?” (ujar seorang pria tua kepada pemuda lewat konten kreator)
B: “Saya orang makeang” (jawab pemuda tersebut)
A: “Nga pe kumis itu cukur!! sama dengan suanggi!, cuk**mai (candaan yang dilontarkan pria tua tersebut)
Kutipan di atas, memang yang dimaksud adalah candaan tetapi dari bahasa candaan itu ada sebuah pelecehan terhadap budaya juga etika bahkan moral dan sangat berdampak pada penonton apalagi bagi generasi muda yang mungkin saat ini telah benyak mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu kita para orang tua apakah hal tersebut baik jika anak-anak kita mempelajari hal-hal demikian? Pertanyaan ini tak perlu saya jawab, mari kita renungi bersama.
Apa yang perlu kita pertahankan jika kekayaan alam kita tidak miliki setidaknya moral kita lestarikan agar kita tidak benar-benar hilang identitas.
Dibalik media sosial yang berkembang sampai saat ini kita tidak mengetahui bahwa ada krisis identitas yang diam-diam mengintai siap menerkam budaya, etika, dan moral anak-anak kita.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar