Catatan

Mentalitas Pemimpin

Herman Oesman

Pemimpin yang tidak berakar pada etika cenderung mudah tergoda oleh kekuasaan dan kepentingan jangka pendek. Kepemimpinan dengan integritas akan menjunjung tinggi kejujuran, konsistensi antara ucapan dan tindakan, serta keberanian moral.

Dalam konteks Indonesia, banyak krisis kepemimpinan justru lahir dari lemahnya etika politik, seperti praktik korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan manipulasi publik. Hal ini menunjukkan adanya celah antara jabatan kepemimpinan formal dan mentalitas kepemimpinan yang seharusnya.

Baca Juga: Menggugat Narasi Kemajuan, Merayakan Pulau

Mentalitas pemimpin juga menyangkut kemampuan untuk melihat ke depan, melampaui batasan saat ini, dan membayangkan masa depan yang lebih baik.

James MacGregor Burns dalam bukunya Leadership memperkenalkan konsep kepemimpinan transformasional, di mana pemimpin menginspirasi pengikut untuk melampaui kepentingan diri dan bekerja demi perubahan kolektif yang bermakna (Burns, 1978 : 20-22).

Kepemimpinan visioner tidak hanya berbicara tentang mimpi besar, tetapi juga menciptakan ekosistem yang memungkinkan ide-ide itu dijalankan secara realistis.

Baca Juga: Wajah Ganda Elit, Dubius, dan Rekam Jejak

Pemimpin dengan mentalitas visioner mampu menggabungkan idealisme dengan strategi konkret, serta menggerakkan partisipasi publik melalui narasi dan tindakan yang membangkitkan harapan.

Model kepemimpinan yang semakin relevan dewasa ini adalah servant leadership, yakni pemimpin yang melihat dirinya sebagai pelayan masyarakat.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...