Matinya “Meritokrasi”

Maka Young tidak menempatkan kedekatan emosional, keluarga atau politik transaksional sebagai indikator dalam melakukan seleksi pada lembaga atau organisasi manapun.
Sebelum jauh kita mengulas tentang sistem ini, mari kita mengenal arti “Meritrokasi” secara sederhana. “Meritokrasi merupakan sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan atau kelas sosial.
Baca Juga: PT. IMS, Ancaman Serius Masyarakat Desa Bobo
Kemajuan dalam sistem seperti ini didasarkan pada kinerja, yang dinilai melalui pengujian atau pencapaian yang ditunjukkan”(Wikipedia).
Sebuah definisi yang secara tegas memberikan ruang pada orang yang memiliki kemampuan serta kritik keras pada sistem seleksi yang berdasarkan kedekatan emosional tanpa mempertimbangkan kompetensi.
Sukidi (2023) dalam artikelnya di Kompas berjudul “Meritokrasi untuk Republik” menarasikan bagaimana negara – negara maju memiliki jiwa konsisten yang sangat kuat dalam menerapkan sistem meritokrasi.
Singapura sangat memperhatikan hal kecil ini yang membuatnya menjadi negara maju walaupun besarnya hanya seluas kota samarinda atau sekitar 721,5 km².
Lanjut dalam tulisan beliau, Amerika dan Singapura pernah ada dalam tradisi “Kakistokrasi” yaitu bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh orang-orang yang paling tidak memenuhi syarat, tidak kompeten, atau paling tidak bermoral.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar