Lima Dasar Ini jadi Ciri Khas Perayaan Hari Tasyrik di Desa Bega Kepulauan Sula Setelah Iduladha

Sanana, malutpost.com -- Ada momen spesial yang sering dilaksanakan warga Desa Bega, Kecamatan Sulabesi Tengah usai merayakan lebaran Idul Adha.
Momen spesial ini namanya Hari Tasyrik. Dari 78 desa di Kepulauan Sula, hanya Desa Bega yang sering melaksanakan kegiatan tersebut.
Perwakilan Panitia Pelaksanaan hari Tasyrik Desa Bega, Najib Tabaika mengatakan, Hari Tasyrik ini dilakukan setiap tiga hari setelah Idul Adha, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah.
Dikatannya, pasca lebaran Idul Fitri, warga Desa Bega mulai berpikir tentang pelaksanaan Tasyrik. Untuk itu, persiapan pertama itu masing-masing dusun yang dibawahi oleh kepala dusun mengadakan rapat dengan masyarakat untuk membicarakan ketentuan berapa nominal uang yang dibebankan kepada masyarakat untuk membeli sapi serta kebutuhan-kebutuhan Tasyrik lainnya.
Setelah masyarakat sudah tau berapa nominal yang mereka berikan, selanjutnya dilakukan pembentukan panitia. Setelah panitia terbentuk, barulah kerja-kerja panitia yang berhubungan dengan Tasyrik mulai dilakukan.
Dia menjelaskan, awal digagasnya hari tasyrik ini sejak 1958. Salah satu tokoh utama yang menggagas Hari Tasyrik ini, yakni Abdul Umakaapa.
Tujuan dari perayaan Hari Tasyrik ini bagaimna orang Bega berkumpul di suatu tempat untuk bicara menyangkut dengan hubungan Basanohi (Bersaudara), hubungna Manatol (Bersama-sama) orang Bega.
Selain itu, orang Bega berkumpul di suatu tempat dan menghadirkan sesepuh (Oran tua) untuk memberikan nasehat agama, kemudian membicarakan masalah kehidupan ekonomi.
Setelah masuk ke masalah ekonomi, selanjutnya membicarakan persoalan pendidikan dan tujuan yang terakhir itu bagaimana orang Bega berangkat haji.
“Jadi peninggalan para leluhur ada lima dasar itulah yang menjadi ciri khas orang Bega sampai sekarang," katanya, Rabu (11/6/2025).
Kepala Kemenag Kepulauan Sula, La singka La Dud menyampaikan, perayaan Hari Tasyrik ini sangat positif karena bernuansa keagamaan.
Dia mengaku, kegiatan-kegiatan seperti itu jarang ditemukan di desa-desa manapun di Kepulauan Sula. Ia berharap perayaan Hari Tasyrik ini tidak putus beregenerasi tetapi berlanjut setiap generasi.
“Untuk itu, kita akan menceritakan kegiatan tersebut kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Sula supaya mendukung langkah-langkah selanjutnya tentang persoalan keagamaan," pungkas dia.(ham)
Komentar