Dua Belas Tahun ‘Taliabu Masih Gelap’

Satu-satunya pilihan adalah menyusuri laut dengan perahu, membelah gelombang demi mengakses sekolah, pelayanan kesehatan, atau sekadar menjalin komunikasi antar sesama warga.
Ini bukan situasi baru, ini telah berlangsung selama puluhan tahun, tapi pembangunan belum juga menyentuh mereka. Atau coba menengok ke Taliabu Selatan, di mana akses antara Desa Galebo dan Bapenu tak kunjung dibuka.
Selama dua belas tahun, masyarakat terpaksa bergotong royong memperbaiki jalan rusak dengan peralatan seadanya. Permohonan telah diajukan, aspirasi telah disuarakan, namun pemerintah tetap tak bergeming. Jalan-jalan itu masih berlumpur, jembatan masih jadi impian, dan keselamatan menjadi taruhan setiap hari.
Sementara itu, di Desa Limbo dan Lohobuba, air bersih menjadi barang langkah. Padahal, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp52,2 miliar melalui APBN tahun 2019.
Melakukan optimalisasi pada tahun 2023 untuk proyek penyediaan air bersih melalui instalasi pipa bawah laut sepanjang 11 km, proyek ini belum memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat setempat yang berjumlah sekitar 3.000 jiwa.
Permasalahan utama terletak pada pipa bawah laut yang kerap mengalami lilitan, sehingga aliran air tidak dapat mencapai pemukiman warga secara optimal.
Pembangunan jalan juga mengalami nasib serupa. Jalan-jalan penghubung antar wilayah yang seharusnya menjadi urat nadi pembangunan justru menjadi pengingat akan janji-janji yang belum ditepati.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar