Khidmat NU untuk Bangsa

Oleh: Andre Sudin
(Aktivis PMII & Pemuda Ansor)
Tahun ini, tepatnya 31 Januari 2025, Nahdlatul Ulama (NU) kembali memperingati Hari Lahir (Harlah) NU ke 102. Tidak dapat dipungkiri, sebagai sebuah kekuatan dalam membangun kemaslahatan umat, peran Nahdlatul Ulama menjadi salah satu organisasi Islam yang banyak berkontribusi untuk pembangunan bangsa. NU tidak pernah terhenti, terutama dalam mengisi kemerdekaan sampai saat ini, baik di bidang keagamaan, sosial maupun pendidikan.
Nahdlatul Ulama masih terlihat eksis menjaga tradisi, agama, dan eksistensi NKRI sampai sekarang. Pada tahun 2022, NU tercatat memiliki 548 pengurus wilayah dan cabang dari seluruh Indonesia serta cabang istimewa yang tersebar di berbagai negara.
NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam pengaruhnya bagi pembangunan bangsa dan penganut islam di tanah air. Kehadiran NU telah berkontribusi jauh sebelum bangsa ini meraih kemerdekaan dari kekuatan penguasa kolonial Belanda.
Di mana, kolonial Belanda yang ingin menghancurkan potensi Islam telah menimbulkan rasa tanggung jawab di kalangan ulama untuk menjaga kemurnian dan keutuhan ajaran Islam. Selain itu ada pula rasa tanggung jawab ulama sebagai pemimpin yang memperjuangkan kemerdekaan dan dibebaskan dari belenggu penjajahan. Cita-cita penguasa kolonial Belanda yang ingin menghancurkan Islam menjadi cikal bakal lahirnya ideologi "ahlusunnah wal jamaah".
Nahdaltul Ulama didirikan oleh beberapa tokoh ulama besar seperti K.H. Hasyim As'yari, K.H. Wahab Hasbullah dan para ulama besar lainnya. Setidaknya, ada 12 tokoh pejuang Nahdlatul Ulama yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Mereka memiliki khidmah yang luar biasa dengan mencurahkan jiwa, raga, harta, dan perhatian untuk bangsa, agama dan warga sekitar. Dalam pandangan H. Abdul Mun'im DZ, hal ini menunjukkan bahwa NU bukan pemain figuran dalam pembentukan negara ini, melainkan pemeran utama.
Tokoh-tokoh NU telah melahirkan banyak jasa kepada negeri ini yang tidak terhingga dan salah satu jasanya ialah ikut mengantarkan lahirnya Republik Indonesia. Kiyai-kiyai NU terus mempromosikan nilai-nilai pluralisme, keberagaman dan nasionalisme dalam pendidikan Indonesia. Dan sampai sekarang Kiyai NU sangat dekat dengan masyarakat, mereka berperan penting dalam menjaga kohesi dan emosi keagamaan, serta mengemban Islam moderat, dan menjaga NKRI dengan suasana damai.
Namun, di abad moderen ini, perkembangan teknologi informasi semakin pesat, siapa saja yang ingin mengotak-atik agama dan keutuhan bangsa bisa saja memanfaatkan teknologi sebagai sebuah senjata. Terlebih, Indonesia sejak dulu telah menjadi zona yang diperebutkan Barat dan Timur, sampai hari ini. Kondisi ini merupakan tantangan terberat NU. Kesadaran bahwa masih banyak tantangan yang mesti dihadapi inilah yang akan terus mendorong pengurus NU untuk terus memperbaiki diri.
Hemat saya, agar NU tidak tergilas oleh zaman, maka NU harus fokus pada pengembangan kualitas sumber daya kader agar mampu menguasai jaringan informasi. Selain itu, PBNU harus lebih leluasah mendorong pengurus wilayah dan cabang untuk meningkatkan inovasi dalam menghadapi situasi zaman. Tidak hanya berpusat di Jawa saja melainkan juga di daerah-daerah termasuk di Maluku Utara. Hal ini dilakukan agar kemajuan NU merata di setiap daerah.*
Komentar