Setahun Genosida di Gaza, Pemimpin Dunia Makin Pandai Beretorika

Namun, ternyata Mesir tidak memiliki kendali penuh atas gerbang tersebut. Mau tak mau, rakyat Gaza yang masih hidup harus bersabar dan ridho menghadapi kondisi kelaparan, kehausan, dan kedinginan dengan waktu yang tak pasti.
Kalaulah benar, para pemimpin muslim dunia peduli akan nasib Gaza, maka mereka akan mengirimkan bantuan militer segera. Secara faktual, muslimin tak bisa mengharapkan lembaga perdamaian dunia seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung sekian lama.
Seperti diketahui, PBB menawarkan kemerdekaan Palestina dengan syarat berdirinya dua negara berdampingan, yaitu Israel dan Palestina. Miris. Bagaimana mungkin ‘penjajah’ hidup berdampingan dengan ‘rakyat jajahannya’?
Bantuan militer memang sempat datang hingga eskalasi pertempuran meningkat. Sampai-sampai, muncul prediksi akan terjadi perang dunia ketiga. Namun, militer dimaksud hanya berasal dari kelompok militan seperti Hizbullah dan Houthi.
Bukan militer yang dikirim atas nama pemimpin suatu negara. Adapun terkait serangan Iran, tampaknya bukan demi Free Palestine. Serangan tersebut tidak menimbulkan kerugian besar bagi Israel. Serangan Iran lebih tampak demi ‘melindungi wajah’ selaku negara tetangga Palestina.
Palestina Masalah Bersama
Kondisi saat ini tampaknya sudah tak penting membahas gencatan senjata dan perdamaian. Rakyat Gaza sudah terlalu banyak kehilangan. Lagi pula, zionis Israel tak pernah mengenal bahasa ‘perdamaian’ melainkan hanya mengenal bahasa ‘perang’.
Muslimin harusnya tak terhipnotis dengan janji Trump untuk mengakhiri invasi Gaza. Hal ini karena sejak awal, AS merupakan negara yang memelihara dan membesarkan Israel secara terang-terangan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar