Setahun Genosida di Gaza, Pemimpin Dunia Makin Pandai Beretorika

Sebaliknya, mereka melakukan pembelaan agar terus melakukan invasi. Sementara itu, para pemimpin dunia makin pandai beretorika mewujudkan kemerdekaan Palestina.
Muslimin Amerika Serikat (AS) menelan kecewa, kabinet Trump ternyata pro Israel. Padahal, saat kampanye, Trump berjanji akan mengakhiri perang di Gaza dalam hitungan jam.
Gaza Butuh Bantuan Militer
Di saat sebagian muslim mulai lupa untuk memperjuangkan nasib rakyat Gaza, masyarakat non muslim di berbagai belahan dunia ramai-ramai turun ke jalan membela atas nama kemanusiaan.
Nyatanya, manusia manapun yang bersih hatinya akan luluh saat melihat kondisi riil rakyat di sana. Mereka terisolasi di dalam penjara raksasa berupa Iron Wall yang dibangun dengan 140.000 ton besi dan baja, membentang 65 kilometer dari perbatasan Mesir, mengelilingi Jalur Gaza, dan menjorok ke Laut Mediterania.
Iron Wall memiliki pagar pembatas setinggi enam meter di atas tanah dan dilengkapi dengan sistem senjata yang dikendalikan dari jarak jauh. Di bawah tanah ada dinding logam yang dilengkapi sensor.
Sementara lapisan udara dilengkapi kamera serta radar. Di balik Iron Wall, rakyat Gaza dibombardir setiap hari. Mirisnya, negeri-negeri muslim yang berdekatan dengan Palestina - termasuk Mesir yang berbatasan langsung - tak berani mencampuri urusan internal Palestina lebih jauh.
Memang, muslimin di dunia termasuk Indonesia tak tinggal diam. Upaya muslimin mengirim bantuan kemanusiaan berupa makanan, obat-obatan, dan tenaga medis tak boleh dianggap remeh.
Aksi boikot terhadap produk yang terafiliasi dengan Israel pun ternyata membawa dampak signifikan. Sebut saja, sebanyak 47 gerai KFC tutup, ribuan karyawan di-PHK, dan merugi Rp557 miliar. Demikian halnya Pizza Hut Indonesia diberitakan menutup 20 gerai, memangkas 371 karyawan hingga mengalami kerugian Rp96,71 miliar.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar