Antara Gastronomi, Identitas dan Siapa yang Berhak Mengklaim Sebuah Makanan?

Hari Rempah Nasional

Syahyunan Pora

Karyanya Hedypatheia bukan sekadar daftar resep, tetapi refleksi filosofis tentang bagaimana makanan mencerminkan moralitas, kesederhanaan, dan hubungan manusia dengan alam.

Istilah gastronomi dalam arti modern mulai menguat pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa Tokoh pentingnya yang memetakan gastronomi dalam berbagai jenis adalah Jean Anthelme Brillat-Savarin, bagi Savarin, gastronomi adalah ilmu yang mempelajari manusia melalui makanan, mulai dari sejarah, geografi, rasa, fisiologi, etika, kesehatan hingga politik makan yang akhirnya berujung pada diplomasi politik dari atas meja makan.

Kini, gastronomi dipahami sebagai kajian multidisipliner dengan beberapa concern utama yakni Gastronomi Budaya yang mengulas relasi makanan dengan tradisi, identitas, ritual, kosmologi, dan memori kolektif.

Serta Gastronomi Sejarah (Historical Gastronomy) yang berupaya menyelidiki jejak makanan, teknik memasak, dan perdagangan pangan dalam lintasan sejarah. Dalam konteks inilah jejak makanan di Indonesia menempatkan rempah rempah sebagai pusat dari narasi gastronomi.

Identitas Makanan Milik Siapa?

Maluku Utara memiliki gastronomi atau kuliner yang juga berbahan rempah. Kini, semisal kita mencari list makanan khas dari sekitar Provinsi Maluku Utara atau kultur makanan yang umum dikonsumsi di wilayah timur indonesia maka sejumlah makanan tersebut akan muncul dengan identitas budaya.

Makanan yang nyaris sama dengan penyebutan kuliner Khas Maluku Utara namun memiliki identitas kuliner yang berasal dari Provinsi atau daerah lain. Taruhlah semisal Woku, dabu dabu, colo-colo, roa, lalampa, nasi jaha ikan fufu dan lainnya yang tentu terasa familiar dalam budaya kuliner kita.

Fenomena ini bukan sekadar “rebutan makanan”, tetapi klaim identitas atas narasi kuliner yang tidak hanya berhubungan dengan makanan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...