Apakah Sofifi Siap Menjadi Murid yang Baik
Ketika Banjir Menjadi Guru

Sofifi memiliki masyarakat adat yang mempunyai pengetahuan pengelolaan ekologis yang telah teruji ratusan tahun, mulai dari tata kelola hutan, pengaturan ruang hidup, pola tanam, hingga mekanisme sosial dalam pencegahan kerusakan lingkungan. Hal ini bukan sekedar tradisi tapi sistem manejemen lingkungan yang terbukti adaptif dan kontekstual.
Dengan mengakomodir kearifan lokal sebagai pendekatan pengelolaan lingkungan,Sofifi tidak hanya membangun kebijakan yang berkarakter, tetapi juga pembangunan yang tidak memutuskan nilai budaya serta memperkuat hubungan manusia dengan alam untuk masa depan generasi mendatang.
Pada akhirnya banjir Sumatera bukan sekadar peristiwa alam, namun menjadi kelas terbuka yang mengajarakan kita dengan bahasa air, tanah longsor dan kehilangan. Alam telah memainkan perannya sebagai guru yang mengajarkan kepada kita sebagai murid yang selalau lalai dan keras kepala dan serakah.
Pertanyaannya kemdian adalah apakah Sofifi siap menjadi murid pembelajar, ataukah kelak menjadi manusia yang akan dihukum dengan kesalahan yang sama? Wallahu a’lam bis-sawab. (*)



Komentar