Apakah Sofifi Siap Menjadi Murid yang Baik

Ketika Banjir Menjadi Guru

Julkarnain syawal

Disforesitas, penyempitan Daerah Aliran Sungai, penyumbatan sistem drainase, serta rusaknya daerah resapan menjadi penyebab utama yang saling berkaitan.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Tommy Adam akitvis Walhi Sumatera Barat: (Liputan 6.com/ 28/11/2025) yang menyatakan bahwa bencana banjir disebabkan karena terjadinya kerusakan ruang lindung, ekspansi pembangunan serta pembabata hutan yang menghilangkan fungsi bentang alami dalam meredam bencana.

Data kehilangan hutan yang dirilis Walhi Sumatera Barat sejak tahun 2001-2024 terjadi kehilangan hutan primer lembap seluas 320 ribu hektare, dan juga kehilangan 740 ribu hektare tutupan pohon. Sedangkan di kota Padang sendiri 3.400 hektare hutan hilang.

Sumber lain yang bisa menguatkan pendapat di atas adalah temuan visual berupa video tumpukan kayu yang hanyut terbawa banjir. Tumpukan kayu yang masif dalam video tersebut menandakan bahwa pada daerah hulu sungai telah terjadi kerusakan hutan sebagai penyangga ekologis.

Dan temuan ini semakin menegaskan bahwa kerusakan hutan tidak hanya tercatat dalam data statistik, namun benar-benar nyata dalam jejak material yang terseret banjir.

Rangkaian fakta, pendapat para ahli serta bukti visual memberikan gambaran bahwa banjir Sumatera bukan peristiwa terjadi secara tiba-tiba melainkan buah dari akumulasi berbagai bentuk kerusakan ekologi akibat kelalaian manusia.

Data di atas menunjukan bahwa akar permasalahan banjir Sumatera adalah kerusakan ekologis jangka panjang akibat deforestasi, degradasi ruang lindung, penyempitan DAS, buruknya sistem drainase, serta pembangunan yang mengabaikan daya dukung lingkungan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8

Komentar

Loading...