Apakah Sofifi Siap Menjadi Murid yang Baik

Ketika Banjir Menjadi Guru

Julkarnain syawal

Ketiga, menguatnya paradigma pembangunan moderen yang mengabaikan kearifan lokal. Pembangunan moderen selalu mengandalkan pendekatan teknoratik, mengejar pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan pola-pola yang berbasis kearifan lokal yang cenderung menjaga keseimbangan lingkungan ekologis.

Sebagai ‘murid baru’ dalam pembangunan, Sofifi harus ditempatkan sebagai sebuah kota yang tidak hanya dibangun dengan beton dan aspal, tetapi juga dengan kesadaran ekologis, inklusif, dan menghargai kearifan lokal.

Sofifi : Murid Pembelajar

Sebagai murid yang baik, tentu kita selalu berharap kepada Sofifi untuk dapat menerima dan setiap pelajaran yang didapatkan saat pembelajaran tentang Banjir bandang di Sumatera, dan menjadikannya sebagai alarm pembengunan.

Ketika melacak pelajaran dari Sumatera, penulis berangkat dari pertanyaan sederhana kenapa bisa terjadi banjir bandang sebesar itu? Sebagai murid pembelajar, pertanyaan ini menjadi titik tolak untuk melacak akar permasalahan.

Tentu Pada konteks ini semua orang (common sense) secara spontan pasti berargumentasi dengan dalih tingginya curah hujan dan cuaca ekstrim menjadi penyebab utama.

Dalam logika berpikir ilmiah common sense menjadi pintu masuk benar secara kasat mata, namun belum tentu dapat menjelaskan masalah secara komprehensif. Oleh karena itu penulis mengutip pendapat pakar maupun praktisi tentang faktor penyebab terjadinya banjir Sumatera.

Manurut Prof. Putu Rumawan Salain yang diliput media liputan 6 edisi 28 November 2025, beliau menegaskan bahwa banjir besar yang melanda Aceh, Sumatera Barat dan Sumater Utara tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang ekstrem, namun lebih dominan pada kerusakan ekologis yang terjadi pada hulu maupun hilir.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8

Komentar

Loading...