Apakah Sofifi Siap Menjadi Murid yang Baik
Ketika Banjir Menjadi Guru

Oleh: Julkarnain syawal
(Dosen iain ternate)
Tulisan ini lahir sebagai bentuk kegelisahan anak negeri (Sofifi) atas bencana ekologis (banjir bandang) yang meluluhlantahkan wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumtera Barat akhir November 2025 ini dan menelan korban jiwa serta ribuan orang kehilangan tempat tinggal yang viral diberbagai sosial media.
Do’a, harapan dan dukungan mengalir dari berbagai komentar netizen memenuhi lini masa media sosial. Sejak kemarin (29 Nov 2025) Isteri saya gelisah mengontak (telepon) satu persatu sahabat yang berasal dari wilayah tersebut.
Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Selasa, 2 Desember 2025
Ada yang merespon dan menyampaikan rasa syukur bisa selamat dari bencana tersebut, ada juga beberapa sahabat yang sampai saat ini belum mendapatkan kabar keberadaan mereka seperti apa?
Namun do’a terbaik untuk mereka agar diberikan kekuatan dan keselamatan dari bencana ini. Tragedi Sumatera adalah guru yang mengajarkan dengan bahasa air, tanah longsor, kematian dan kehilangan harta benda.
Ditengah duka yang menyelimuti negeri ini menjadi pelajaran berharga bagi daerah-daerah lain termasuk Sofifi yang baru tumbuh, mampu menjadi murid yang bijak untuk belajar dari pelajaran berdarah ini, ataukah menjadi murid bodoh yang akan mengulangi kesalahan yang sama dan kelak akan melahirkan bencana?
Guru itu Bernama Banjir : Belajar dari Air, Tanah Longsor, dan kehilangan
“Dialah yang menurunkan air dari langit untuk kamu... dengannya Dia tumbuhkan tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (pelajaran) bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. An-Nahl : 10-11).
Alam adalah guru yang tidak lelah mengajarkan kepada kita. John Lubbock ilmuan Inggris pernah berkata “bumi, langit, sungai, hutan, pegunungan, semuanya bisa menjadi guru terbaik yang mengajarkan hal-hal yang jauh lebih baik dari apa yang dituliskan buku”.
Baca Halaman Selanjutnya..



Komentar