Sejarah Penataan Ruang di Tidore pada Masa Kerajaan

Informasi terkait hal tersebut juga diperoleh melalui berbagai kesempatan wawancara dengan para informan di Tidore.
Dengan begitu, penulis berkesimpulan bahwa pemisahan wilayah secara tegas pada Nyili Gamtufkange di Utara dari ras Melanesia, serta Nyili Gamtumdi di Selatan dari ras non-Melanesia, bertujuan memudahkan kontrol secara sosial-politik oleh kolano atas wilayah-wilayah itu.
Baca Juga: Ternate, Layak Kota Apa??
Ras non-Melanesia (Nyili Gamtumdi), berdasarkan kajian sejarah karya W.R. van Hoevell, “De Moluksche Eilanden” yang bersumber dari Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, tahun 1856, jilid I seperti juga yang disinggung oleh DR. Sri Margana (Universitas Gadjah Mada).
Dalam diskusi daring pada beberapa waktu yang lalu (2021), menyajikan sebuah fakta yang menarik terkait formasi demografis di Maluku Utara, khususnya Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.
Di wilayah Nyili Gamtumdi misalnya, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa asal-usul penduduk dalam wilayah tersebut dari berbagai belahan dunia, seperti dari Cina, Arab, India, Jawa, Melayu, dan Sulawesi.
Secara tradisional, sistem kepercayaan lama yang dianut penduduk setempat memperlihatkan polarisasi berdasarkan atas ras (warna kulit) non-Melanesia.
Persebaran penduduk dalam wilayah Nyili Gamtufkange yang berlatar belakang ras Melanesia (Pasifik Selatan), masuk di pulau Tidore melalui jalur Papua dan Halmahera.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar