Memahami Realitas Kurban dan Semangat Berkurban

Oleh: M. Faud Nasar
(Kepala Biro UIN)
Idul Adha 10 Dzulhijjah disebut juga Idul Qurban. Sebab, pada 10 Dzulhijjah dan hari Tasyrik (tiga hari setelah Idul Adha atau 11, 12, dan 13 Dzulhijjah), umat Islam di seluruh dunia melakukan penyembelihan (pemotongan) hewan kurban.
Dalam realitas sudut pandang masyarakat modern yang objektif-rasional, ada pertanyaan menarik; apakah vegans dan vegetarians melakukan kurban? Hal itu tergantung keimanan dan persepsi seorang vegans dan vegetarians terhadap ajaran agama.
Dari sisi hukumnya, tidak ada keharusan seorang pekurban mengkonsumsi daging hewan kurbannya sendiri. Begitu pula menyaksikan penyembelihan hewan kurban adalah anjuran keutamaan, tapi bukan syarat sah tidaknya ibadah qurban. Dalam Islam diajarkan cara penyembelihan hewan yang tidak membuat hewan tersiksa sebelum mati.
Prosesi penyembelihan hewan kurban dan disaksikan beramai-ramai, barangkali tidak nyaman dalam timbangan perasaan para penyayang dan pelindung hewan atau mereka yang menghindari konsumsi daging hewani.
Hemat saya, disinilah ajaran agama berperan menuntun perasaan manusia dalam nuansa agamis-sosiologis menurut keridhaan Allah.
Dalam Islam, sikap ketaatan, ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah dan melaksanakan perintah Allah itu sebagaimana adanya merupakan bagian dari esensi keimanan.
Di luar aspek ubudiyah, ajaran Islam sangat terbuka terhadap penalaran dan ijtihad kemanusiaan yang membawa kemajuan dan kemaslahatan.
Kurban adalah ibadah sunnah muakkad, artinya sunnah yang sangat dianjurkan kepada umat Islam yang memiliki kemampuan berkurban. Hewan yang disembelih sebagai kurban di Indonesia umumnya sapi, kambing atau domba.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar