Cermin Kepedulian Sosial
Uang Saku dan Ketulusan Pemimpin Non-Muslim

Oleh: Ikram Halil
(Ketua SOCCER Malut)
Di tengah dinamika politik dan isu sektarian yang kerap menghantui ruang publik, kebijakan Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, dalam memberikan uang saku kepada calon jamaah haji patut diapresiasi sebagai bentuk ketulusan dan empati seorang pemimpin.
Menariknya, kebijakan ini tidak lahir dari seorang tokoh muslim, melainkan dari seorang pemimpin perempuan yang berasal dari kalangan non muslim.
Fakta ini menjadi tamparan halus sekaligus refleksi keras bagi para pemimpin yang mengaku “ustaz” atau berlabel religius, namun abai terhadap kebutuhan riil umat yang mereka klaim perjuangkan.
Simbol Kepedulian yang Nyata
Dalam sejarah penyelenggaraan haji di Maluku Utara, belum pernah ada kepala daerah yang secara langsung menyerahkan bantuan uang saku kepada jamaah haji saat pelepasan keberangkatan.
Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak di antara jamaah yang berangkat bukan berasal dari kalangan mampu.
Bahkan mayoritas dari mereka tergolong berisiko tinggi baik karena usia lanjut, kondisi kesehatan, maupun keterbatasan ekonomi. Di tengah kerentanan ini, bantuan uang saku dari pemerintah daerah menjadi bukan sekadar simbol, tetapi kebutuhan yang nyata.
Kebijakan Sherly Djoanda Laos ini, meski tampak sederhana, memiliki makna mendalam. Ia membuktikan bahwa kepekaan terhadap urusan umat tidak selalu ditentukan oleh kesamaan agama, melainkan oleh nurani kepemimpinan dan kesungguhan dalam melayani.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar