Berkah Ramadan: Jual Menu Takjil, Sehari Bisa Raup Jutaan Rupiah

Ternate, malutpost.com -- Selama bulan ramadan, tak hanya pahala yang dijanjikan berlipat ganda, bagi yang mengerjakan amal saleh. Tapi, bagi yang mau berusaha pendapatannya pun bisa berlipat ganda.
Ramadan, bagi umat Islam adalah bulan penuh berkah. Banyak keberkahan yang diberikan Sang Pencipta kepada umat manusia. Ramadan menjadi kesempatan bagi umat muslim untuk memperbaiki diri secara spiritual. Banyak keutamaan yang telah disediakan kepada umat muslim untuk mensucikan diri sekaligus menabung pahala.
Tapi tak hanya itu, keberkahan Ramadan pun sangat terasa dari sisi ekonomi. Perputaran roda ekonomi di bulan ini pun lebih tinggi dari biasanya. Salah satu dampaknya, karena adanya tradisi yang biasanya dilaksanakan umat muslim, terutama di Indonesia yang berpengaruh.
Adanya lonjakan konsumsi saat berbuka, dengan adanya fenomena berburu takjil, tradisi jelang lebaran, menyediakan menu hingga baju lebaran juga tradisi pulang kampung. Ketiga tradisi ini menjadi motor penggerak yang kuat pada peningkatan ekonomi.
Keberkahan Ramadan dari sisi ekonomi ini sangat dirasakan Sarni, ibu rumah tangga yang kini menjadi penjual takjil di Jalan Pahlawan Revolusi. Emak-emak 39 tahun ini saat ditemui malut post.com tengah sibuk menyiapkan dagangannya, Selasa (4/3/2025).
Sarni adalah satu dari puluhan pedagang yang mangkal di JPR, tepatnya di jalan utama di depan Pantai Falajawa.
Tak banyak menu yang dipajang di atas meja berukuran kurang lebih satu meter lengkap dengan payung besar yang biasanya dipakai pedagang. Dominan, ikan tongkol dan kakap yang digoreng dan di atasnya ditaburi dengan saos. Ada juga ketupat dan kue lalampa (lemper khas Malut).
Sarni terlihat ramah, melayani pengunjung Pasar Kaget yang disediakan khusus saat momen Ramadan itu. Baik ada yang membeli maupun hanya tanya-tanya. Pedagang musiman ini mengaku meraup untung banyak dengan berjualan di bulan Ramadan, karena itu dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menambah cuan.
"Satu hari bisa Rp500 ribu sampai Rp1 juta, kalau bawa jualan banyak pasti akan lebih untung,” ucapnya.
Menu yang ditawarkan kepada para pembeli itu, adalah hasil racikannya sendiri. Karena itu, dia memang harus siap capek menyiapkan bahan-bahan, hingga memasak lalu mengemasinya sendiri. Dia mulai beraktivitas pagi hari, menuju pasar tradisional untuk membeli bumbu dan kebutuhan lainnya, siang baru mulai masak. Sekitar jam satu siang, makanannya sudah masak dan siap-siap dibawa. Jam dua siang, lapaknya mulai dibuka.
Meski kadang harus menahan capek karena setelah berjualan dia harus tetap menjalani tugasnya sebagai ibu rumah tangga, Sarni mengaku sangat bersyukur. Karena uang yang didapat ini bisa membantu suaminya memenuhi kebutuhan mereka terutama jelang hari raya nanti.
“Apalagi dekat lebaran nanti, pasti banyak biaya yang harus kita keluarkan," pungkasnya.
Pedagang lainnya yang benar-benar meraup untung di bulan Ramadan adalah Hawa, owner rumah makan Ade Rohani.
Di luar Ramadan, Hawa hanya berusaha rumah makan, namun setiap Ramadan dia membuka lapak untuk berjualan takjil, tepat di depan rumah makannya.
“Strategi ini dipakai agar pelanggan tetap tahu, kami juga berjualan takjil saat bulan puasa," ucapnya.
Lapak Ade Rohani ini sangat ramai. Saking ramainya, Hawa butuh tambahan tenaga untuk melayani pembeli. Beragam penganan disiapkan dari yang tradisional seperti lalampa, angka durian, roti, aneka puding, gorengan, hingga menu makan berat seperti sup ayam kampung, nasi kebuli, juga ayam panggang tertata rapi di atas meja yang ukurannya lebih besar.
Hawa mengaku, diantara para pengunjung itu ada sebagian pelanggan tetapnya.
"Alhamdulillah kalau untuk di kedai Ade Rohani ini, karena memang setiap tahun langganannya sudah ada,”tuturnya.
Menu takjil yang disediakan itu harganya rata-rata 3 sampai 4 buah atau potong Rp10 ribu. Hawa mengaku, harus menaikkan harga karena selain sesuai harga pasar, juga karena kenaikan harga bahan.
"Harga-harga ini disesuaikan setiap tahunnya. Karena setiap tahun itu harga bahan kue semakin naik. Untuk tahun ini kue rata-rata Rp3.500 per buah,” sebutnya. Tapi yang paling mahal adalah angka durian yang dijual Rp5 ribu per buah.
Kudapan yang tersedia di lapaknya itu pun bukan buatannya sendiri, tapi dibeli dari orang lain.
Meski begitu, dia mengaku bisa meraup untuk yang besar. omzetnya dalam sehari bisa di angka Rp3-4 juta. Dia mengaku, hasil ini didapat tak hanya dari jualan takjil tapi pada malamnya, juga dibuka rumah makan juga makanan untuk sahur dengan menu khas kedainya.
“Alhamdulillah omzet tiap hari meningkat,” ucapnya seraya bersyukur.
Pusat penjualan takjil di Kawasan Falajawa I, Kelurahan Muhajirin, termasuk salah satu titik yang paling padat pengunjung. Setiap sore jelang berbuka pengunjung ramai mendatangi lapak-lapak sambil melihat-lihat penganan yang sesuai selera. Sedangkan di depannya, menjadi tempat ngabuburit sambil menikmati senja di pusat kota.
Selain di Falajawa, pusat takjil lainnya ada di Jalan Sultan M Djabir Sjah, atau di di depan Masjid Almunawwar. Ada juga di kawasan Pasar Bahari Berkesan, tepatnya di depan Pasar Higienis.
Tak hanya itu, di hampir setiap jalan protokol maupun di sudut-sudut kota di setiap kelurahan, banyak penjual takjil yang tampil dengan beragam menu. Inilah berkah Ramadan, setiap orang tentu punya rezeki tinggal bagaimana dia mau berusaha untuk menjemputnya. (wm-01/nty)
Komentar