Sebuah Renungan Tentang Bahasa, Identitas, dan Literasi
Ngana Kita

Bahasa Indonesia yang baik dan benar memang perlu dipelajari, terutama dalam konteks akademis dan komunikasi formal. Namun, mengganti bahasa daerah dengan bahasa Indonesia tinggi tanpa memperhatikan pentingnya literasi dan kemampuan berpikir kritis justru akan membuat anak-anak kita kehilangan jati diri mereka.
Sebaliknya, dengan meningkatkan literasi dan kemampuan intelektual, anak-anak Maluku Utara akan mampu bersaing di tingkat nasional, meskipun tetap mempertahankan penggunaan bahasa daerah mereka.
Di sini, kita bisa belajar dari tokoh-tokoh seperti Thamrin Amal Tomagola dan Dr. Margarito Kamis, yang meskipun besar dengan dialek asli daerah tanpa perlu mengubahnya menjadi bahasa Indonesia tinggi, berhasil menjadi tokoh berpengaruh di tingkat nasional.
Mereka membuktikan bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada penguasaan bahasa Indonesia yang baku, tetapi lebih pada kualitas literasi, wawasan, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan cara yang relevan dan bermakna.
Meningkatkan literasi adalah kunci untuk memastikan anak-anak Maluku Utara bisa berkembang dan berkompetisi di dunia yang semakin global ini.
Bukan dengan menghilangkan bahasa daerah atau menggantinya dengan bahasa Indonesia tinggi, tetapi dengan mengajarkan anak-anak untuk memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, sekaligus membangkitkan kebanggaan terhadap bahasa daerah mereka.
Dalam hal ini, bahasa daerah seperti "Ngana kita" bukanlah hal yang perlu dihilangkan, melainkan justru perlu dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang sangat berharga.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar