Tambang Menghancurkan Masa Depan

Halmahera Selatan ada 15 izin dengan total luas konsesi sebesar 32.236 hektare. Selain itu, terdapat IUP nikel yang mencaplok dua kawasan administratif sekaligus, yakni wilayah Halmahera Timur dan Halmahera Tengah sebanyak 4 izin dengan luas total konsesi sebesar 70.287 hektare.

Hilirisasi tidak saja berdampak pada tutupan hutan dan lahan di wilayah operasional penambangan bijih nikel, namun menambah hilangnya ruang hidup, terganggunya sistem hidrologi sebagai penopang ekosistem menjadi ancaman yang terus berkembang menghadang masa depan kita.

Data analisis spasial Global Forest Watch sejak 2001 hingga 2022 menunjukkan Halmahera Tengah kehilangan 26,1 ribu hektare tutupan pohon. Angka ini setara dengan penurunan 12 persen tutupan pohon sejak tahun 2000, dan setara dengan 20.9 Megaton (Mt) emisi ekuivalen karbon dioksida (CO2e).

Sementara di Halmahera Timur, sejak 2001 hingga 2022, telah kehilangan 56,3 ribu hektare tutupan pohon. Angka ini setara dengan penurunan 8,9 persen tutupan pohon sejak 2000, dan setara dengan 44.5 Megaton (Mt) emisi ekuivalen karbon dioksida (CO2e).

Sedangkan di Halmahera Selatan, sejak 2001 hingga 2022 sudah kehilangan 79.0 ribu hektare tutupan pohon. Luas lahan tersebut setara dengan penurunan 9.9 persen tutupan pohon sejak tahun 2000, dan setara dengan 62.9 Megaton (Mt) emisi ekuivalen karbon dioksida (CO2e).

Potret pencemaran akibat lajunya tutupan hutan dan lahan menghasilkan buangan emisi karbon dioksida dalam jumlah besar telah menambah beban tekanan lingkungan terus meningkat sebesar 22.4 Mt CO?e, pada tahun 2023 adalah gambaran kontradiktif  dengan visi menyongsong Indonesia emas 2045.

Menjadi salah satu sasaran adalah mencapai “emisi nol netto (Net Zero Emission) dengan tingkat penurunan  93,5 persen, rasanya sulit dicapai ditengah mobilisasi bersar-besaran hilirisasi tambang yang diklaim sebagai kebijakan paling produktif mendatangkan nilai tambah, dengan terus memperluas area operasi menjadi 30 smelter pada tahun 2024, jauh lebih besar dari tahun 2023 hanya 15 smelter.

Meskipun narasi hilirisasi nikel acapkali dikaitkan dengan ambisi Indonesia menjadi Negara produsen baterai electric vehicle (EV) dunia, namun kenyataannya hanya 70 persen bijih nikel yang diekstraksi digunakan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel), sedangkan porsi untuk baterai hanya 5 persen saja.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...