Mafia BBM

Oleh: Rasman Buamona
“Tidak ada bencana yang lebih besar daripada keserakahan." Lao Tzu
Tulisan ini saya buat pada saat sholat Jum’at di Masjid Nur Hidayah Desa Fatce baru saja selesai. Tadi dalam khutbahnya, khatib mengutip firman Allah SWT dalam al Qur’an tentang amar ma’ruf nahi munkar. Ia lalu mengingatkan kepada para jamaah agar berbuat baik.
Tidak boleh serakah dan tidak boleh melakukan kezaliman terhadap siapapun dalam kehidupan ini. Jika ada umat muslim yang melakukan kezaliman segera diingatkan.
Begitu pula dengan penguasa, apabila sudah berbuat salah harus diingatkan agar keadilan dan kesejahteraan dapat terwujud ditengah masyarakat.
Tentang keserakahan dan kezaliman oleh penguasa yang diingatkan oleh khatib sangatlah sesuai dengan konsidi Kepulauan Sula hari ini. Sudah hampir 2 bulan terjadi kelangkaan minyak tanah.
Kondisi ini mengingatkann saya pada suatu pagi di bulan oktober 2023, saya yang baru saja bangun tidur langsung ke dapur untuk minum teh pagi. Tidak ada teh hari ini. Tidak ada setetes pun minyak tanah di kompor untuk merebus air. Kata istri saya.
Saya lalu dimintai tolong untuk mencari minyak tanah. Saya pun berkeliling kemana-mana. Waktu itu minyak tanah begitu susah didapat. Minyak tanah bersubsidi menjadi sangat langka. Per liternya dijual dengan harga Rp. 10.000.00 (sepuluh ribu rupiah ) hingga Rp. 12.000.00 (dua belas ribu rupiah).
Cerita 1 tahun yang lalu hendak terulang lagi. Padahal jatah yang diberikan oleh Pertamina kepada PT. AMT Sanana Lestari sebanyak 400 Ton lebih per bulan.
Minyak tanah bersubsidi ini kemudian disalurkan kepada 101 pangkalan, padahal pangkalan yang terdaftar ke negara (Diskoperindag Kab. Kepulauan Sula) hanya sebanyak 98 pangkalan, sehingga terdapat selisih jumlah pangkalan sebanyak 3 pangkalan dengan jatah minyak tanah per pangkalan 5 Ton per bulan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar