Pesan Al-Khaliq, di Bumi Manusia
Pray For Gam Rua

Mengacu pada pengertian diatas menurut penulis anggapan bencana sebagai azab Allah jelas tidak proporsional karena yang demikian itu sama artinya dengan buruk sangka (su’udzan), bukan saja pada para korban dan masyarakat sekitar wilayah bencana, tapi juga pada Allah SWT. Padahal (Allah) Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kalaun pun Allah dianggap memberi azab, pastilah azab itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang membuat kesalahan, yang melanggar peraturan-Nya, atau hukum-hukum-Nya, bukan pada orang-orang yang tak berdosa (apalagi bagi anak-anak yang masih ‘suci’).
Memberi hukuman bagi yang tak berdosa bertolak belakang dengan sifat-Nya yang Maha Kasih dan Maha Adil. Interpretasi yang proporsional terhadap bencana adalah, pertama, ia merupakan peristiwa yang tidak lepas dari Sunnatullah (pesan dan peringatan) manusia yang di timbulkan akibat kelalaian manusia, bumi beserta isinya.
Hal ini juga menurut IAGI (Abdul Kadir Dedi Arif, 2024), merupakan Fenomena yang bersifat geologi di mana curah hujan yang tinggi menyebabkan material vulkanik di hulu yang tidak lagi mampu menahan beban, akhirnya turun melalui anak sungai dengan diameter lebih kecil hingga menyebabkan banjir.
Sehingga untuk meminimalisir kesalahan atau kelalaian manusia pada hukum sebab akibat bencana bisa dihindari dengan menutup segala kemungkinan yang bisa menyebabkan terjadinya bencana.
Untuk menghindari bencana tanah longsor misalnya, bisa di lakukan dengan menahan tanah yang berpotensi longsor dengan tanaman-tanaman yang berakar kuat atau dengan membanggun tembok-tembok yang kokoh dan mampu menahaan perbukitan agar tak terjadi longsor.
Bencana banjir juga bisa dihindari dengan menyediakan lahan serapan air yang memadai, atau dengan sistem drainase yang moderm. Kedua, bencana juga bisa di maknai sebagai bentuk kejadiaan alam dan Pesan Al-Khaliq di Bumi Manusia yang lebih rumit dari sekedar pesan kepada manusia yang tidak akan dan mengantisipasi.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar