Cinta Tak Direstui

Ilustrasi.

Tangan dingin dan lembut itu perlahan meraih tanganku sambil tangan kirinya sibuk mengambilkan sesuatu disebelahnya. Sedari tadi, belum sepatah kata pun keluar dari bibir manisnya itu. aku yang tak sabaran langsung spontan memujinya.
"Senyum kamu manis,”kataku sambil tersenyum lebar ke arahnya.

Mirto yang sedari tadi memantau dari kejauhan tidak bisa menyembunyikan senyumnya. aku yakin betul, pandangan Mirto itu sebagai penanda ingin memastikan lancarnya usaha pendekatanku ini.

“Tenang saja Mirto,di kamus hidupku tidak ada kata gagal dan mudah menyerah,,”ucapku dalam hati sambil menatap dalam wanita yang sejak awal kenalan telah mendapat tempat di hatiku.

Benar saja, berawal dari pertemuan itu, hubungan komunikasi kami berdua terus berlanjut. tak hanya SMS, lanjut di WA, telponan hingga videocall. karena kesibukan kerjaan masing-masing, kami harus mengatur jadwal untuk bisa bertemu tatap muka. Ketika cinta telah menyatuhkan kedua insan, rasanya tidak ada alasan untuk tidak membagi waktu bertemu dengan kekasih hati. Kami berdua benar-benar menikmati tiap detik waktu bersama. Semua terasa indah, banyak hal kami berbagi bersama. suka duka lalui bersama hingga rasa cinta kami semakin kuat mengakar.

Singkat cerita, Kinanti dan aku adalah dua orang yang datang dari latar belakang keluarga cukup berbeda.

Orang tuanya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dan saudara-saudaranya sudah mempunyai pekerjaan tetap dan bekerja di kantoran. Tampilannya yang sederhana sedari awal kita bertemu, cukup mengejutkan ku. Kinanti tidak sekalipun menyombongkan keadaan ekonomi keluarganya yang boleh dibilang berada di kalangan menengah keatas.

Lahir dan tumbuh besar dari keluarga yang berkecukupan, tidak menjadikan Kinanti sebagai sosok yang sombong dan manja. Sebaliknya, Kinanti adalah wanita pekerja keras dan cerdas.
aku ingat sekali setiap kali ngedate dan makan malam, dia tidak pernah menuntut untuk dibayarkan alias minta traktir. Kita selalu beradu siapa cepat yang bayar duluan sehabis makan. Beberapa kali, aku kalah cepat dengan Kinanti. “Aku tidak mau dibayarkan terus harus gantian dong. karena kamu tuh harus hemat dan kalau bisa nabung juga,”ucapnya seraya menatapku dalam-dalam. (*)

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...