Ketika Nilai Murid Turun, Semua Orang Mendadak Pakar Pendidikan

Di sisi lain, humor dalam pendidikan juga penting. Kadang kita perlu menertawakan diri sendiri agar tidak stres berkepanjangan.
Misalnya, ada murid yang ketika ditanya berapa hasil 7 dikali 8, jawabannya adalah “sebentar saya buka kalkulator hati dulu, Pak”. Ada pula orang tua yang bertanya kenapa anaknya tidak bisa fokus belajar, padahal anak tersebut menonton gawai 6 jam sehari.
Dan ada kepala sekolah yang berkata, “Sekolah kita harus unggul dalam literasi digital”, tetapi password WiFi saja lupa setiap hari.
Walaupun lucu, contoh-contoh tersebut menyimpan pesan penting: pendidikan adalah kerja bersama. Bukan kompetisi menyalahkan, bukan arena saling curiga, dan bukan pula lomba mencari kambing hitam.
Pendidikan adalah ruang tumbuh yang memerlukan dialog, data, kesabaran, dan empati. Guru bukan manusia super. Mereka lelah, mereka belajar, mereka berjuang, dan terkadang mereka juga ingin menangis di ruang guru karena spidol tidak pernah tersedia saat dibutuhkan.
Namun ada satu hal yang membuat guru bertahan: harapan. Harapan bahwa pendidikan dapat mengubah hidup seseorang. Harapan bahwa murid yang hari ini tidak mengerti pecahan, suatu saat bisa menjadi arsitek, ilmuwan, pemimpin, atau orang baik yang berguna bagi sesama.
Saat masih di momen Hari Guru ini, barangkali kita perlu mengubah cara pandang. Dari pada saling menyalahkan, lebih baik saling menguatkan. Daripada menuntut tanpa memahami, lebih baik berdialog dengan empati.
Dari pada hanya mengkritik, lebih baik ikut terlibat. Pendidikan tidak akan membaik hanya dengan slogan, tetapi dengan kerja bersama yang konsisten.
Baca Halaman Selanjutnya..



Komentar