Industri Nikel dan Masa Depan Halmahera

Roberto Duma Buladja

Dikepung dari Berbagai Sisi

Di samping wacana kebermanfaatan jangka pendek pada sebagian besar ekonomi warga, beroperasinya industri ekstraktif nikel ini telah membawa daya rusak yang juga tidak kecil. Kita seolah dikepung dari berbagai sisi.

Di laut, air yang seharusnya menjadi rumah bagi keragaman biota laut, termasuk ikan-ikan segar dan bergizi yang sebagian besar kita santap sehari-hari itu, kini sudah terkontaminasi limbah.

Ekosistem laut seperti karang menjadi rusak, yang membuat populasi ikan kian berkurang. Kondisi demikian tentu mempersulit para nelayan, yang harus terpaksa mendorong perahunya lebih jauh lagi guna mendapatkan tangkapannya.

Di darat, hutan kita dibabat habis. Tanah-tanah dengan gampang di kavling, juga dibeli dengan harga murah. Masyarakat adat seperti Hongana Manyawa dan Maba Sangaji diusir dan dikriminalisasi di rumahnya sendiri.

Keanekaragaman hayati rusak dan berpotensi memusnahkan banyak tumbuhan dan satwa endemik. Sungai-sungai kita kian parah dan sekarat.

Airnya keruh mencoklat sekotor pengolahan limbah industri ekstraktif ini. Dulu aliran air sungai itu bisa langsung dipakai untuk minum, tapi kini, dan bahkan mungkin kedepannya untuk pakai mandi saja kita harus merogoh saku celana guna menukarnya dengan air kemasan.

Dan di udara, kita dikepung oleh semburan debu nikel, batubara dan sejenisnya. Debu-debu itu beterbangan masuk ke pintu dan jendela rumah, serta berserakan di meja dan peralatan makan. Kita bersentuhan dan menghirup udara kotor itu dan rentan terpapar ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...