Dari Pengajar Jadi Pedagang: Krisis Etos Akademik di Dunia Dosen

Riski Ikra

Bedanya, yang dicuri bukan sekadar materi, melainkan masa depan generasi. Ia mungkin tidak mengambil uang dari kas negara, tetapi merampas hak mahasiswa untuk tumbuh lewat ilmu.

Ketika ia absen di ruang kelas, yang hilang bukan sekadar proses belajar mengajar, namun ruh keilmuan yang menjadi fondasi pendidikan itu sendiri.

Di ruang kelas yang seharusnya menjadi taman dialog, kini hanya tersisa kursi kosong, papan tulis berdebu, dan buku-buku yang jarang disentuh. Di situlah bentuk korupsi paling sunyi terjadi bukan di gedung pemerintahan, melainkan di ruang kuliah yang kehilangan pengajarnya.

Korupsi semacam ini tidak tercatat dalam laporan keuangan, tetapi meninggalkan luka mendalam: hilangnya semangat belajar, pudarnya rasa ingin tahu, dan matinya etos akademik yang menjadi jiwa perguruan tinggi.

Dalam pandangan Imam al-Ghazali, ilmu adalah cahaya yang tidak akan diberikan Allah kepada hati yang gelap oleh cinta dunia.

Pandangan ini termaktub dalam karya monumentalnya Ihya’ Ulumuddin, di mana beliau menegaskan bahwa seorang pengajar harus memiliki niat suci untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan menyebarkan ilmu, bukan menjadikannya alat untuk mencari kedudukan atau keuntungan duniawi.

Ilmu, bagi al-Ghazali, bukan sekadar kumpulan pengetahuan yang dihafal atau diajarkan, tetapi merupakan sarana pencerahan spiritual yang harus dijaga kemurniannya.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...