Masyarakat Korban, Polisi Bawahan Tersandera Atasan

Nadhir Wardhana Salama

Oleh: Nadhir Wardhana Salama
(Beyond Health Indonesia)

Saya lahir dan besar di tengah keluarga dan teman-teman yang banyak di antaranya adalah polisi. Bukan perwira tinggi dengan jabatan mentereng, melainkan bintara dan tamtama yang setiap hari turun ke jalan, menghadapi massa aksi, dan berjibaku dengan perintah yang tidak selalu jelas arahnya.

Sebagai keluarga dan teman, ketakutan saya sederhana: apakah mereka akan pulang dengan selamat, dan apakah mereka bisa menjalankan tugas tanpa harus terseret ke dalam perintah atasan yang melenceng? Kekhawatiran ini nyata, karena sejarah telah menunjukkan bahwa bawahan sering kali dikorbankan ketika terjadi kasus besar.

Baca Juga: Budaya Pemerintahan “Asal Bunyi” dan “Asal Bapak Senang”

Tragedi Sambo adalah contoh paling telanjang: bawahan dipaksa patuh, sementara keselamatan karier dan nyawa mereka ikut dipertaruhkan.

Yang menyakitkan, polisi bawahan itu tidak punya ruang untuk menolak. Mereka serba salah. Jika mengikuti perintah yang keliru, mereka bisa terjebak masalah hukum. Jika menolak, ancaman datang dari atasan dan sistem yang feodal.

Mereka tidak punya perlindungan struktural, tidak punya mekanisme aman untuk melaporkan perintah menyimpang, dan tidak punya jaminan karier bila memilih berintegritas. Padahal, bukankah institusi yang sehat seharusnya melindungi orang-orang di lapis bawahnya?

Sebagai keluarga dan teman, saya juga menyaksikan bagaimana opini di sekitar polisi begitu defensif. Di media sosial, mereka sering membenarkan tindakan represif dengan dalih “massa anarkis, polisi tidak punya pilihan.”

Baca Juga: Koran Digital Malut Post edisi, Rabu 10 September 2025

Padahal, justru di situlah profesionalisme diuji. Polisi bukan tentara yang sedang melawan musuh. Polisi adalah profesi sipil yang seharusnya mengedepankan standar: hukum, prosedur, proporsionalitas, dan pengendalian konflik tanpa kekerasan berlebihan.

Narasi seperti “dipaksa humanis di negara anarkis” hanya memperlihatkan kegagalan memahami profesi kepolisian itu sendiri.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...