(Menguak Realitas Pahit di Balik Kemerdekaan 80 Tahun)
Merdeka dalam Ilusi

Oleh: Yadin Panzer
(Komite Pimpinan Pusat SAMURAI Maluku Utara)
“80 Tahun sudah Indonesia berdiri, lahir dan tumbuh dengan sejuta problematik. Indonesia lahir dan bertahan dengan sebekas luka penuh duka.”
Pada tahun ini tepat pada 2025, Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan logo dan tema Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara.
Baca Juga: Saling-Silang DOB Sofifi
Dalam Pidatonya, menekankan “Pentingnya menjadikan peringatan delapan dekade kemerdekaan sebagai momentum memperkuat persatuan dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat demi Indonesia yang lebih maju”.
“Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Kira-kira seperti itu, tema yang katanya mencerminkan arah perjuangan bangsa menuju persatuan yang kokoh, kedaulatan yang kuat, kesejahteraan yang merata, dan kemajuan yang inklusif.
Demikianlah itu, menjadi-kesibukan negara untuk mempersiapkan peringatan kemerdekaan. Perayaan di Istana Negara berbeda dengan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara.
Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi, Senin 18 Agustus 2025
Perayaan 17 Agustus 2025 di Maluku Utara juga sebuah saat yang mengandung sejuta problematik, gagasan untuk berotonom, kala masih mersama Maluku, telah selesai dan dipertegas dengan tekad tak lagi mengaitkan diri pada apa yang sering disebut keagamaan, suku, atau asal-usul. Tapi bersatu, pada semangat pemekaran provinsi seperempat abad lalu.
Semangat pemekaran dan harapan, kepada sebuah wilayah yang akan dibentuk mempertalikan semua. Dengan itulah Maluku Utara Lahir. Dengan penuh percaya diri, namun ada luka penuh duka.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar