Menjahit Luka Moral di Tanah Rempah: Peran BK dalam Isu Kekerasan Seksual

Bellarosita Faisal

BK juga berperan dalam penguatan diri korban agar mampu membangun kembali harga diri dan rasa kendali atas hidup mereka, serta konseling keluarga untuk memperkuat dukungan di lingkup terdekat korban.

Tak kalah penting, BK juga bertindak sebagai penghubung dengan pihak eksternal. Melalui advokasi dan rujukan, konselor dapat membantu korban menjangkau lembaga bantuan hukum, lembaga perlindungan perempuan dan anak, hingga layanan medis.

Peran ini sangat penting dalam memastikan proses pelaporan dan pemulihan berjalan dengan aman dan terpadu. Namun pencegahan tetap menjadi kunci utama. Penanganan kekerasan seksual tidak boleh bergantung hanya pada aspek hukum.

Baca Juga: Kekerasan Seksual dan Bentuknya

Edukasi seksualitas yang komprehensif perlu ditanamkan sejak dini di sekolah dan komunitas. Pemahaman mengenai batasan tubuh, persetujuan (consent), hak-hak seksual, serta tanda-tanda kekerasan harus menjadi bagian dari kurikulum dan diskursus publik.

Kampanye anti-kekerasan seksual juga perlu digalakkan secara sistematis, dengan pelatihan khusus bagi guru, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan agar dapat merespons secara tepat dan sensitif.

Dalam upaya yang lebih luas, dibutuhkan penguatan jaringan antara lembaga pendidikan, pemerintah daerah, LSM, serta lembaga adat dan agama untuk membangun sistem perlindungan yang berlapis dan responsif.

Pengalaman langsung bersama korban harus menjadi dasar dalam perumusan kebijakan publik, mulai dari penyusunan SOP hingga pembentukan pusat krisis terpadu dan layanan rehabilitasi yang memadai. Inilah bentuk tanggung jawab kolektif untuk menciptakan ruang aman, terutama bagi perempuan dan anak.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...