Sejarah Penataan Ruang di Tidore pada Masa Kerajaan

Drs. Nani Jafar, M.A.

Tanah liat yang berwarna merah sebagai salah satu bahan baku tidak terdapat di pulau itu, maka para pria setempat mengambilnya di pesisir Barat Halmahera bagian tengah yang banyak terdapat tanah merahnya.

Berbagai jenis gerabah dan ukurannya diproduksi di pulau Mare, antara lain; belanga, penutup belanga, tempat membakar sagu kasbi (keta), tempat penampungan air minum, dan lain-lain.

Di Tomalou, penduduk setempat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan (otifanai), seperti juga di Mareku. Akan tetapi, penduduk Tomalou menangkap ikan dalam ukuran sedang dan besar, seperti; ikan cakalang dan tuna. Rata-rata jenis ikan ini memiliki berat antara 3 hingga 15 kg.

Jangkauan untuk aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan Tomalou menjangkau hingga perairan Timur Indonesia sebagaimana digambarkan oleh Mr. H. Kuneman dalam karyanya. Hasil tangkapan dipasarkan diberbagai penduduk di wilayah Timur Indonesia.

Wilayah lainnya yang perlu penulis gambarkan aktivitas perekonomiannya adalah Gurabati. Secara geografis, pemukiman ini terletak di Selatan Tidore.

Penduduk tersebut secara khusus untuk mengolah pohon sagu (halo) dalam rangka pemenuhan pangan kerajaan. Meskipun begitu, hasil olahan pohon sagu oleh penduduk di Gurabati bisa dipasarkan dalam bentuk barter dengan produk-produk lainnya untuk memenuhi hidup mereka.

Pada umumnya, rumpun pohon sagu (aha) banyak terdapat di pesisir Barat Halmahera. Hanya sedikit saja yang terdapat di Tidore yang pada umumnya tumbuh dan menyebar di pesisir Timur Tidore.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Komentar

Loading...