Sejarah Penataan Ruang di Tidore pada Masa Kerajaan

Tinggalan itu merupakan bukti kuat sebagai fakta sejarah yang memberikan keterangan kepada kita bahwa, di Mareku pada masa lalu merupakan pusat berbagai aktivitas, seperti; kepercayaan lama, ekonomi dan perdagangan, politik, serta sosial-kemasyarakatan.
Fort Marieco el-chico Tomanira (benteng Tomanyira) dibangun oleh Spanyol pada tahun 1613, merupakan benteng Spanyol yang terbesar di Tidore dan juga berfungsi sebagai pusat ekonomi dan perdagangan Spanyol di Tidore.
Penduduk Mareku abad ke-17, memiliki mata pencaharian sebagai nelayan giop dengan jangkauan tangkapan ikannya hingga mencapai wilayah perairan Sulawesi Utara dan Kepulauan Sangihe.
Mr. H. Kuneman dalam karyanya “Perikanan Laut di Sepanjang Pantai Kepulauan Maluku”, menyinggung tentang nelayan Mareku yang beraktivitas di perairan Timur Indonesia, menangkap ikan julung dan ikan-ikan lainnya yang sejenis.
Di Toloa (Gimalaha Rora Polu-Polu) pada masa lalu, memiliki industri pande besi yang pemasarannya tidak hanya di lingkup Tidore saja, akan tetapi juga menjangkau hingga wilayah-wilayah di Kerajaan Ternate, Kerajaan Jailolo hingga Kerajaan Bacan dan sekitarnya.
Industri tersebut, merupakan bagian dari upaya Kerajaan Tidore memproduksi alat perang tradisional (pedang dan tombak), selain itu diproduksi untuk kepentingan pertanian (kula), dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga penduduk di berbagai wilayah seperti disinggung sebelumnya.
Di Pulau Mare (Selatan Tidore), secara khusus memproduksi gerabah. Industri ini umumnya wanita sebagai tenaga kerja utama, selain para pria yang bertugas untuk mengambil bahan baku (tanah liat).
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar