(Sebuah Analisa Politik)
Slavoj Zizek Menyandera Prabowo

Alih-alih, Presiden kedelapan Indonesia (Prabowo Subianto) datang dengan gaya kepemimpinan yang bisa dikatakan ‘The New Of Otoritarianisme’ membuat publik terkecoh melalui instrumen yang digunakannya (medsos, peraturan perundang-undangan) sebagai alibi ‘propaganda’ untuk memenangkan empati publik di Indonesia.
Tentu saja, dalam hal pemikiran, gaya politik kepemimpinan Prabowo dalam memenangkan empati publik berhubungan dengan pemikiran seorang Psikoanalisa Asal Jerman ‘Erich Fromm’.
Baca Juga: Membaca Arah Demokrasi dan Sistem Politik Indonesia
Dalam tradisi Frankfrut, Fromm juga termasuk ke-dalam Mazhab tersebut karena Pemikiran-nya relevan digunakan untuk menganalisa kekuasaan yang ada di Jerman saat itu.
Dengan menggunakan Super Ego_nya Fromm, kita mampu melihat bagaimana gaya Prabowo melakukan propaganda di pelbagai bentuk media baik cetak maupun online sebagai sarana, untuk menampilkan ‘proppagda gliterring generality’ agar public merasa empati.
Kekuatan super ego dalam analisa politik kekuasaan bahkan mampu mencapai status quo jika akses kekuasan terus semakin tertutup.
Terlepas dari itu, Presiden Prabowo saat ini adalah salah seorang mantan pelaku pelanggaran HAM pada masa Era Orde Baru yang memenangkan pertarungan Pilpres pada 2023 lalu.
Bisa dikatakan bahwa luka itu masih tersimpan rapi di benak pihak-pihak korban, namun ini bukan menjadi bahasan kita. Selanjutnya, kita akan menyoroti sistem politik kepemimpinan presiden Prabowo dari awal kepemimpinan hingga sekarang.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar