“Julfikri Hasan: Mandat Rakyat atau Agenda Politik Elektoral Menuju 2029”

Muhamad Asri Adende

Ketidakhadiran Julfikri dalam ruang publik baik secara fisik maupun digital dapat ditafsirkan sebagai absennya representasi, meskipun ia menjabat secara formal.

Secara teoretik dan empiris, Julfikri Hasan berada di persimpangan antara potensi besar dan risiko kejatuhan politik. Ia memiliki kekuatan besar dan ruang strategis untuk menjadi representasi substantif bagi masyarakat pulau.

Namun, semua itu hanya akan tercapai jika ia mampu mempraktikkan legitimasi sebagai proses yang hidup, bukan status yang pasif.

Dengan membangun jalur komunikasi yang aktif, menunjukkan keberpihakan yang jelas, dan menjaga akuntabilitas, ia bisa mengokohkan posisinya menuju 2029, atau kehilangan peluang politik yang telah dibayar mahal oleh rakyat.

Kepercayaan Publik bukan Warisan,tapi tugas dan tangungg jawab

Julfikri Hasan memiliki peluang besar untuk menjadi ikon representasi kepulauan di parlemen kota. Tetapi peluang itu hanya akan berbuah legitimasi politik jangka panjang bila ia membangun kepercayaan melalui tindakan konkret, transparansi kebijakan, dan komunikasi dua arah yang berkelanjutan.

Dalam teori politik, kepercayaan adalah dasar dari semua hubungan kekuasaan yang sah. Julfikri sudah mendapatkan mandat, tapi apakah ia bisa menjaga kepercayaan rakyat hingga 2029? Jawabannya bergantung bukan pada retorika, tetapi pada rekam jejak yang dapat diakses dan dirasakan publik. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...