Site icon MalutPost.com

Jalan Keluar

Oleh: Hamdy M. Zen
(Dosen PBA IAIN Ternate)

Berjalan ke depan, mencari makna di balik kehidupan, terlihat berserakan sejuta tujuan yang seolah bingung mencari jalan. Di pinggiran kota, bocah – bocah menikmati narkoba, para orang tua, ada yang terluka, ada pula yang terus berusaha mencari celah, demi si buah hati agar lebih terjaga.

Di pelosok desa, rumah dan tanah Sebagian tergusur mereka yang bertahta. Ini seperti sebuah bencana dalam rencana, seakan tak ada Nurani, hanya ada sebuah wants yang berganti needs.

Apakah hidup memang seperti ini? Ataukah karakter kita yang mungkin sudah terdegradasi? Entahlah, biar alam yang menjawabnya dan waktu yang beri kesempatannya.

Negeri ini di bangun atas dasar cinta. Maka merawat dan menjaganya, adalah tanggung jawab Bersama. Oleh karenanya, kolaborsi atar semua lini, menjadi sebuah kemutlakan yang harus dibentuk dan ditindak lanjuti.

Mulai dari pusat sampai ke daerah, eksekutif, yudikatif dan legislative harusnya punya komitmen yang sama. Pun demikian dengan yang lain, Masyarakat, orang tua, guru, dosen dan semuanya, harus pula menjadi satu – kesatuan dalam membangun Kembali bangsa ini dari terlelapnya ketiduran yang telah lama terjaga.

Kolaborasi ini jika tidak ditindak lanjuti dengan komitmen Bersama, maka pertontonan manipulasi, masih tetap segar dalam pandangan, lagi dan lagi.

Hari – hari, hanya bisa berganti nama, senin, selasa, rabu, kamis dan seterusnya sampai balik lagi ke seninnya, akan tetap sama. Bulan pun akan tetap serupa, pun dengan tahun, bahkan abad. Waktu demi waktu, hanya sekedar lewat, tapi perilaku yang rusak, mohon maaf, mungkin saja tak pernah tamat.

Baca Halaman Selanjutnya..

Semua kerusakan ini, jika ditelusuri lebih dalam, maka kita akan temukan jawaban sederhana, tapi sangat dalam maknanya, yakni semua itu hanya disebabkan oleh satu factor saja, yaitu kita kekurangan orang – orang yang telah mengenal diri yang sejati.

Bahwasanya factor paling berpengaruh di sini adalah “mengenal diri”. Jika kita mengenal diri sejati kita dengan sebaiknya, maka tak mungkin ada kerusakan – kerusakan seperti yang terlihat saat ini. Karena mengenal diri, berarti mengenal Tuhan.

Tidak mungkin orang yang mengenal Tuhan, kemudian bisa melakukan kerusakan. Orang yang melakukan “kerusakan”, bisa dipastikan, dia belum sepeneuhnya mengenal diri sejatinya. Sebab diri sejati, tak akan mau melawan Tuhan.

Pembaca yang Budiman! Sebagai seorang pemimpin, mohon maaf tidak bermaksud menggurui / sok paling hebat, kita harus mampu menjadi teladan yang baik buat orang yang dipimin. Dan untuk menjadi sosok tersebut, kita harus tahu, siapa diri kita yang sesungguhnya.

Maka belajarlah mengenal diri yang sejati, sebelum terjun ke lapangan tuk menjadi seorang pemimpin. Jika tidak, maka kepemimpinan kita akan menjadi kacau balau.

Realitas membuktikan bahwa saat ini, bahkan hamper 99 persen, kepemimpinan di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, kepemimpinannya, masih jauh dari kata “oke” di mata Masyarakat.

Hal ini dibuktikan dengan komentar kritikan dan ketidak percayaan netizen di berbagai media social yang ada. Video – video yang tersebar dengan lantunan suara – suara protes terhadap kinerja pemerintah pun, menjadi seper sekian persen, bukti nyatanya.

Baca Halaman Selanjutnya..

Tantara, polisi, hakim, jaksa dan Kawan – kawannya pun sama. Dikritik habis – habisan oleh rakyatnya. Mengapa? Karena tadi, kita masih kekurangan orang – orang yang bergizi dalam mengenal diri yang sejati.

Maka sekali lagi, mohon maaf tidak bermaksud menggurui, marilah sama – sama kita belajar untuk mengenal diri sejati kita, agar kelak kita tahu, mana yang hak dan mana yang batil, mana yang harus dikerjakan dan mana pula yang harus ditinggalakan.

Sebab diri sejati, hanya akan melakukan sesuatu, jika itu tidak menduakan Tuhan. Kalau pun suatu perkara mengarah pada sebuah jalan di luar Tuhan, maka diri sejati pasti akan menolak untuk dikerjakan. Itulah pentingnya mengenal diri yang sejati Kawan.

Khusus di Maluku Utara yang terdiri dari sepuluh kabupaten kota ini, mari sama – sama kita Bersatu padu membangun bangsa ini yang dimulai dari provinsi kita.

Setiap kebijakn pemerintah pusat yang diteruskan ke kita, coba sama – sama dipelajari demi kemaslahatan umat (Masyarakat Maluku Utara). Dikaji, lalu kemudian diimplementasikan ke Masyarakat. Hilangkan istilah bagi – bagi kue. Focus saja ke apa yang seharusnya.

Tidak perlu berfikir kita dapat apa. Sebab, setiap pemimpin dan pegawainya, sudah pasti memiliki gaji dan tunjangan yang merata. Jadi, tidak perlu lagi mencari hasil di balik proyek – proyek yang pro rakyat.

Di bidang ekonomi misalnya, berilah ruang yang sebesar – besarnya kepada Masyarakat dalam mengembangkan usaha – usaha mikro dan makronya. Berilah lahan, bahan dan materi pengolahan, untuk bisa tetap berkembang.

Baca Halaman Selanjutnya..

Sampaikan bahwa kejujuran adalah nilai paling tinggi dalam hal ini. Berapa bajet yang dikeluarkan, berapa persen harus menjadi pendapatan.

Hasil produknya yang siap untuk dijual, harus transparan, maka tempellah harga pada bungkusannya, sehingga pembeli tidak lagi tawar menawar harga. Ingat, harga jangan sampai terlampau tinggi dan jangan pula terlalu rendah, intinya jangan sampai rugi.

Harus ada untung, tapi jangan terlampau untung, sebab itu masuk kategori riba. Mulai dari pedagang kaki lima, sampai dengan pedagang besar di toko – toko mewah, harganya harus tertempel pada barang yang dijual.

Sehingga pembeli sudah tahu kapasitas uangnya, sehingga tidak lagi ragu akan barang yang akan dibelinya. Ingat, transparan dalam jual beli, merupakan sebuah keindahan.

Begitu pula dengan aspek budayanya. Beri ruang yang besar pula pada Masyarakat adatnya dalam mempertahankan budaya. Sebab budaya merupakan identitas daerah. Ajari adat se atorang pada anak – anak negeri.

Lalu sampaikan kepada mereka bahwa, dengan adat se atorang ini, jika diinternalisasikan nilai – nilainya ke dalam kehidupan, inysa Allah semua akan berjalan baik – baik saja. Kenakalan remaja atau Tindakan premanisme, tidak akan terjadi lagi.

Sebab adat kita selalu berpatokan dengan agama dan agama selalu berpegang dengan kitab Tuhan. Maka ajarilah mereka adat se atorang, pahami dengan baik setiap symbol yang tertera seperti, goheba dengan burung berkepala dua, kadaton, sigi lamo, dodoku ali dan lain – lain.

Baca Halaman Selanjutnya..

Adapun daerah lingkar tambang. Pemerintah, mulai dari Gubernur, bupati, DPRD, Jaksa, Hakim, TNI POLRI, kepala desa, RT, RW, sampai dengan masyarakatnya, harus duduk Bersama terlebih dahulu membahas secara tuntas, daerah lingkar tambang.

Berapa wilayah masyarakt yang masuk, apa dampak terhadap lingkungan, gimana solusinya dan lain – lain sampai semuanya tuntas tidak ada lagi satu pun pertanyaan, barulah bisa dieksekusi secara Bersama yang tidak merugikan pihak mana pun.

Jika tidak, maka akan terjadi pro kontra seperti yang terjadi saat ini antara pihak keamanan dalam hal ini polda maluku utara dan polres haltim yang sampai dengan saat ini masalahnya belum tuntas.

Padahal, jika semua ini dari awal dirembuk Bersama, antar semua pihak, kemudian transparasi jangan ada yang ditutup – tutupi, maka masalah seperti ini tidak akan terjadi. Semua ini karena tidak ada trasparansinya.

Coba saja semua telah mengenal diri sejati, maka yang terjadi adalah saling mendukung, bahu membahu dalam membangun negerinya Bersama dan tidak ada lagi bagi – bagi kue, tidak ada lagi bagi – bagi jatah dan tidak ada lagi rahasia, semua pasti ada transparansinya.

Dan ingat, semua pihak harus jujur. Jangan sampai malah mencari kambing hitam. Maka Masyarakat pun harus belajar, agar tahu tidak sekedar ikut – ikutan.

Harus tahu apa penyebabnya, dan sumber masalahnya, sehingga tidak buta dalam beruara dan suaranya jelas arah dan tujuannya. Jangan sampai suara kita justru salah arah atau mungkin kurang arah. Edingnya jadi aksi tanpa solusi.

Baca Halaman Selanjutnya..

Sementara dalam dunia Pendidikan merupakan factor paling penting untuk dimengerti. Anak harus dididik dengan baik di rumah. Ajari akhlak paling utama, sampaikan bahwa akhlak di atas segalanya.

Bagaimana harusnya ia berperlilaku di hadapan orang yang lebih tua, lebih muda, bagaimana pula dia harus bersikap di hadapan gurunya, atau pegawai di tempat ia bersekolah / belajar, Masyarakat luas dan lain sebagainya.

Sampaikan juga bahwa di rumah, orang tuanya adalah ayah dan ibunya, adapun di tempat ia belajar, maka orang tuanya berganti pada gurunya, baik guru ngaji, dosen atau yang lainnya.

Maka hormatilah orang yang telah memberi Pelajaran terhadapnya. Sebab, anak jaman sekarang, hamper Sebagian besar akhaklanya terdegradasi bahkan kalau punya level, maka level degrasinya adalah yang paling rendah.

Jika anak mengalami degraradasi moral yang seperti ini, maka bangsa ini tidak akan bisa berkembang maju, justru akan masuk ke dalam jurang kehancuran yang tak terkira. Demikian. Mohon maaf dan terima kasih. Sekian. Ternate, bukit torano, 25/05/2025. (*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Senin, 26 Mei 2025
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/05/senin-26-mei-2025.html

Exit mobile version