Site icon MalutPost.com

Menafsir “Jarak”

Oleh: Asmar Hi Daud
(Akademisi)

Beberapa minggu terakhir, ruang percakapan publik dan internal birokrasi Maluku Utara diramaikan oleh satu pertanyaan sederhana namun bernada gusar, mengapa Gubernur Sherly terkesan sulit ditemui?

Bahkan, sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pun mengeluh tentang akses yang terbatas ke ruang kerja sang gubernur. Isu ini segera beranak-pinak. Dari tudingan kepemimpinan eksklusif hingga spekulasi soal ketidaksiapan dalam mengelola roda birokrasi.

Namun, dalam lanskap birokrasi Maluku Utara yang penuh warisan patronase dan relasi informal, “jarak” ini barangkali bukan sekadar gejala melainkan bagian dari strategi.

Birokrasi dan Tradisi Jalur Belakang

Selama dua dekade terakhir, birokrasi Maluku Utara dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan lama. Mutasi yang lebih didorong karena loyalitas ketimbang kinerja, komunikasi yang lebih sering lewat pesan pribadi daripada dokumen resmi, dan keputusan-keputusan yang lahir dari “bisikan politik” di luar meja rapat.

Dalam ruang seperti itu, kemunculan Sherly Laos, seorang perempuan, minoritas, dan bukan bagian dari elite birokrasi lama adalah sebuah disrupsi. Ia tidak membawa warisan jaringan kekuasaan, melainkan agenda reformasi.

Dari pendidikan menengah tanpa biaya, SMA Unggulan, hingga restrukturisasi birokrasi berbasis integritas dan kinerja. Sherly datang bukan untuk menyesuaikan diri, tapi untuk mengubah arah. Dan di titik inilah “jarak” menjadi penting.

Baca Halaman Selanjutnya..

Jarak sebagai Strategi, Bukan Penghindaran

Dalam sejumlah pidato, Sherly secara tegas menolak praktik jual-beli jabatan dan penyalahgunaan proyek. Ia bahkan melarang siapa pun membawa nama dirinya untuk kepentingan apa pun.

Dalam konteks ini, jarak bukanlah penghindaran, tetapi pengamanan. Ia menciptakan zona netral, bebas dari tekanan, intervensi, dan godaan pendekatan informal.

Bagi pejabat yang terbiasa dengan “jalan pintas” dan kedekatan personal, ini terasa sebagai hambatan. Tapi bagi agenda reformasi, ini adalah fondasi penting memutus pola komunikasi berbasis kedekatan, dan menggantinya dengan sistem yang berbasis aturan dan normatif.

Risiko dan Tantangan

Tentu, pendekatan ini tidak bebas risiko. Dalam situasi di mana loyalitas internal belum solid dan sistem informasi belum digital sepenuhnya, jarak yang terlalu lama dapat menciptakan kekosongan kendali.

Di sinilah pentingnya desain komunikasi baru: forum terbuka, retret pimpinan, hingga tim teknis penghubung menjadi keniscayaan.

Sherly kabarnya tengah merancang mini-retret untuk seluruh kepala OPD. Ini bukan sekadar pertemuan, tapi bentuk komunikasi strategis yang menghindari jebakan relasi personal dan memperkuat akuntabilitas profesional.

Baca Halaman Selanjutnya..

Membangun Kepemimpinan Modern

Dalam tata kelola modern, kepemimpinan bukan semata hadir secara fisik, tetapi menciptakan sistem yang bekerja meski pemimpinnya tidak selalu ada di ruangan. Jika “jarak” yang dibangun Sherly dimaknai dalam kerangka ini, maka ia sedang menyusun ulang sistem, bukan menghindar.

Sherly sedang mengawal transisi birokrasi. Dari era kedekatan menuju era integritas. Ia tahu bahwa untuk menjernihkan air yang keruh, kadang bukan cukup dengan mengaduknya tapi dengan mengganti bejana, bahkan mengganti sumber airnya.

Seperti pepatah lama menyebut jarak yang sehat sesungguhnya adalah bentuk cinta yang paling dewasa. Dalam konteks kepemimpinan, itu bisa jadi bentuk komitmen paling jujur, bukan untuk menjauh, tapi untuk membenahi. (*)

Exit mobile version