Cermin Kepedulian Sosial

Uang Saku dan Ketulusan Pemimpin Non-Muslim

Ikram Halil

Ia menunjukkan bahwa toleransi bukan sekadar jargon, melainkan tindakan nyata dari seorang pemimpin kepada rakyatnya, apa pun latar belakang mereka.

Dengan hadir langsung dalam pelepasan jamaah haji dan menyerahkan uang saku secara simbolis, Gubernur Sherly juga memulihkan fungsi negara sebagai pelayan umat.

Ia memosisikan pemerintah sebagai bagian dari proses spiritual masyarakat, tanpa mencampuri urusan akidah, tetapi turut berkontribusi dalam kebaikan bersama. Ini adalah praktik toleransi yang sejati toleransi yang bekerja, bukan hanya berbicara.

Penutup: Menakar Ulang Ukuran Keberagamaan

Kini saatnya masyarakat menakar ulang ukuran keberagamaan pemimpin. Bukan lagi dari berapa sering mereka tampil dalam majelis taklim atau berapa kali naik mimbar khutbah, melainkan dari seberapa dalam kepedulian mereka terhadap kebutuhan umat.

Seorang pemimpin yang berlabel religius namun abai pada nasib jamaah yang renta dan miskin, justru bertolak belakang dengan ajaran agama itu sendiri.

Sherly Tjoanda Laos telah menunjukkan bahwa ketulusan bisa datang dari siapa saja. Bahwa empati tak mengenal batas keyakinan. Bahwa pelayanan publik yang adil dan manusiawi adalah fondasi dari peradaban yang besar.

Dan mungkin, dalam diam, para jamaah haji itu akan mendoakan sang gubernur di Tanah Suci doa yang lahir dari rasa syukur dan pengakuan akan kasih sayang yang melintasi batas agama. (*)

Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Jumat, 9 Mei 2025
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/05/jumat-9-mei-2025.html

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...