Refleksi Kritis Dunia Pendidikan

Jika kita ingin jujur, masalah utama pendidikan Indonesia bukan pada kurikulumnya, melainkan pada pelaksanaannya. Kurikulum bisa terus berganti dari satu menteri ke menteri lain, tetapi implementasi di lapangan nyaris tak berubah sejak dekade lalu.

Setiap perubahan kurikulum diikuti oleh pergantian buku dan materi ajar yang membingungkan guru, terutama mereka yang secara kualitas masih dalam tahap berkembang. Ditambah lagi dengan sikap siswa yang semakin apatis, situasi ini seperti benang kusut yang tak pernah selesai diurai.

Ubaid Matraji, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), pernah menyampaikan sebuah pernyataan penting yang patut direnungkan bersama: “Kalau pendidikan mau maju, bukan hal-hal administratif seperti sekolah unggulan, sekolah rakyat, atau makan bergizi gratis yang diajukan.

Tapi yang pertama harus diperhatikan adalah kualitas gurunya dulu. Mau ganti kebijakan bagaimanapun, kalau gurunya enggak mampu, ya enggak akan ada perubahan.” Pernyataan ini benar-benar menggambarkan akar persoalan kita.

Guru adalah ujung tombak pendidikan. Jika mereka tidak diberdayakan, maka kebijakan sehebat apa pun akan berakhir sia-sia.

Selain itu, kita juga perlu menyimak pandangan Ririe Aiko, seorang pengamat pendidikan, yang menyampaikan bahwa di negara-negara maju, kurikulum tidak mengalami bongkar-pasang setiap periode.

Mereka memiliki blueprint yang dijaga dan dilanjutkan secara konsisten oleh siapa pun yang menjabat. Perubahan yang dilakukan bersifat perbaikan dan adaptasi terhadap perkembangan zaman.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...